Nationalgeographic.co.id—Suiko dikenal sebagai kaisar wanita pertama di Kekaisaran Jepang yang tercatat dalam sejarah. Salah satu jasanya adalah menetapkan konstitusi pertama di Kekaisaran Jepang. Di masa pemerintahannya, ajaran Buddha dan pengaruh Tiongkok pun semakin meningkat.
Bagaimana Suiko bisa menjadi kaisar wanita pertama di Kekaisaran Jepang?
Suiko adalah putri Kaisar Kimmei dan pada usia 18 tahun menjadi permaisuri Kaisar Bidatsu. “Suaminya memerintah tahun 572 hingga 585,” tulis Jone Johnson Lewis di laman Thoughtco.
Setelah pemerintahan singkat oleh Kaisar Yomei, perang antar klan atas suksesi pecah. Perseteruan meletus antara klan Soga dan keluarga Mononobe dan Nakatomi atas suksesi. Klan Soga menang, dan Kaisar Sushun, yang ibunya adalah seorang Soga, menduduki takhta. Ia adalah saudara laki-laki Suiko.
Pemerintahan Sushun tidak berlangsung lama, ia dibunuh pada tahun 592. Pamannya, Soga Umako, seorang pemimpin klan yang kuat, meyakinkan Suiko untuk naik takhta. Kemungkinan sang paman yang menjadi dalang pembunuhan Sushun.
Keponakan Umako lainnya, Shotoku, bertindak sebagai perdana menteri yang benar-benar menjalankan pemerintahan. Suiko memerintah sebagai kaisar selama 30 tahun.
Mendobrak tradisi dengan menjadi kaisar wanita pertama di Jepang
Pemerintahan Suiko mewakili terobosan besar dengan tradisi. Pasalnya, dalam beberapa abad terakhir garis penguasa adalah laki-laki. Selain itu, beberapa putra Bidatsu bisa saja dipilih untuk naik takhta.
Selama pemerintahannya, penyebaran ajaran Buddha di Kekaisaran Jepang pun makin meningkat sejak tahun 594. Itu adalah agama keluarganya, Soga. Bukti dari semakin mapannya ajaran Buddha di masa pemerintahan Suiko bisa dilihat dari konstitusi yang dibuatnya. pPsal kedua dari 17 pasal konstitusi yang dilembagakan di bawah pemerintahannya mempromosikan pemujaan Buddha.
Tidak hanya itu, Suiko juga mendukung pembangunan biara dan kuil Buddha di Kekaisaran Jepang.
Pada masa pemerintahan Suiko, Tiongkok pertama kali mengakui Jepang secara diplomatis. Saat itu, pengaruh Tiongkok meningkat. Suiko menggunakan kalender Tiongkok dan sistem birokrasi pemerintahan Tiongkok. Biksu, seniman, dan cendekiawan Tiongkok juga dibawa ke Kekaisaran Jepang pada masa pemerintahannya.
“Kekuatan kaisar juga menjadi lebih kuat di bawah pemerintahan Suiko,” tambah Lewis.
Source | : | thought.co,Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR