Gozen dikenal sebagai salah satu dari sedikit pejuang wanita di Kekaisaran Jepang yang terlibat dalam pertempuran ofensif.
Di medan perang, dia dihormati dan dipercaya oleh pasukannya. Pada tahun 1184, dia memimpin 300 samurai dalam pertempuran sengit melawan 2.000 prajurit Klan Taira. Gozen merupakan salah satu dari hanya 5 yang bertahan hidup setelah perang itu.
Selama Pertempuran Awazu, ia mengalahkan pemimpin Klan Musashi, memenggalnya dan menjadikan kepalanya sebagai piala.
Reputasi Gozen begitu tinggi sehingga dikatakan bahwa pemimpinnya, Lord Kiso no Yoshinaka. “Sang pemimpin bahkan menganggapnya sebagai jenderal sejati yang pertama di Kekaisaran Jepang,” imbuh Fong.
Berasal dari kalangan bangsawan
Onna-bugeisha termasuk dalam bushi, kelas bangsawan prajurit feodal Jepang. Kelas bangsawan ini sudah ada jauh sebelum istilah samurai mulai digunakan.
Antara abad ke-12 dan ke-19, para wanita kelas atas ini dilatih seni perang dan penggunaan naginata. Ini dilakukan terutama untuk mempertahankan diri dan rumah mereka.
Jika komunitas mereka dikuasai oleh prajurit musuh, onna-bugeisha diharapkan untuk bertarung sampai akhir dan mati dengan terhormat. Senjata tetap berada di tangan mereka bahkan ketika tewas di tangan musuh.
Mereka membentuk sebagian besar samurai
Selama berabad-abad setelah pemerintahan Tomoe Gozen, onna-bugeisha berkembang pesat dan menjadi bagian besar dari kelas samurai.
Prajurit wanita akan melindungi desa dan membuka sekolah di seluruh kekaisaran Jepang. Mereka melatih wanita muda dalam seni bela diri dan strategi militer.
Meskipun ada banyak klan berbeda yang tersebar di seluruh Kekaisaran Jepang, semuanya termasuk prajurit samurai. Onna-bugeisha terbuka untuk siapa pun.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR