Sistem latihan sedemikian rupa, ketika dikombinasikan dengan penanaman doktrin “kebencian dan penghinaan” terhadap orang asing, tentara akan menjadi “mesin” pembunuh mengerikan. Inilah yang dilakukan Kekaisaran Jepang.
Adan menyebutkan, pelatihan yang keras dan pola pikir di atas, menyebabkan pasukan Kekaisaran Jepang, “melakukan kejahatan perang yang tak terhitung jumlahnya di tahun-tahun berikutnya.”
Hal ini terutama terjadi selama Perang Dunia Kedua. Para pejabat Kekaisaran Jepang menggunakan taktik yang sangat mengerikan. Salah satu taktik ini adalah kamikaze.
Lantas, apa sebenarnya yang melatarbelakangi terciptanya unit Kamikaze? Menurut Adan, diantaranya adalah kondisi peperangan dan ambisi kemenangan.
“Ide-ide liar dan agak brutal terkadang muncul ketika sebuah negara yang sedang berperang merasa putus asa untuk meraih kemenangan,” tegas Adan, “ Hal ini terjadi pada Jepang saat Perang Dunia Kedua.”
Putus asa untuk menyelamatkan negara mereka dari dominasi asing, Jepang mengambil setiap kesempatan untuk meredam tekad Amerika.
Ini termasuk pengenalan pilot kamikaze yang ditugaskan untuk menerbangkan pesawat mereka ke target Sekutu.
Tak hanya itu, menurut Adan, terdapat beberapa faktor yang membentuk unit Kamikaze: Kerugian, kebaruan teknologi Amerika, dan melemahnya ekonomi Kekaisaran Jepang.
Motoharu Okamura, sang Pencipta Unit Kamikaze Kekaisaran Jepang
Kekaisaran Jepang, kala itu sedang berjuang untuk kelangsungan hidupnya. Merespon hal tersebut, Motoharu Okamura mengusulkan perubahan taktik militer. Pada tahun 1944, Okamura bersama perwira senior, mempelajari serangan bunuh diri terhadap target musuh.
Secara resmi, dalam Kekaisaran Jepang, pasukan bunuh diri baru ini dikenal sebagai Tokubetsu Kōgekitai (unit serangan khusus).
Demikian juga, serangan dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang akan disebut Shinpū Tokubetsu Kōgeki Tai (unit serangan khusus angin ilahi), sedangkan istilah Shinpu berfungsi sebagai sinonim dari kata kamikaze (angin ilahi).
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR