Adan menerangkan, salah satu langkah pertama Okamura dalam menciptakan unit kamikaze adalah dengan merekrut sukarelawan.
“Pada bulan-bulan berikutnya, Okamura mengklaim bahwa banyak sukarelawan yang mengorbankan nyawa mereka untuk Kekaisaran Jepang,” jelas Adan.
Menurut para sejarawan, Okamura merasa bahwa jiwa orang Jepang, yang diyakini ... memiliki kekuatan untuk menghadapi kematian tanpa ragu-ragu, adalah satu-satunya cara yang tersedia bagi orang Jepang untuk membuat keajaiban dan menyelamatkan tanah air mereka.
Dengan memainkan emosi rakyatnya, para pejabat Jepang berhasil mencapai tujuan perekrutan mereka. “Hanya dalam waktu singkat, jumlah sukarelawan yang datang melebihi jumlah pesawat yang tersedia.”
Perekrutan Pilot Kamikaze
Untuk memaksimalkan hasilnya, perekrutan diiklankan di buku-buku dan surat kabar. Melalui penggunaan media, menjadi pilot kamikaze diromantisasi melalui publikasi kemenangan palsu dan kisah-kisah yang dibesar-besarkan tentang misi kamikaze.
Upaya ini dilakukan, menurut Adan, guna memastikan tidak akan terjadi kekurangan sukarelawan. “Setidaknya, itulah yang diharapkan oleh para pejabat pemerintah.”
Namun perlu diketahui, bahwa tidak semuanya para pilot kamikaze, adalah pahlawan patriotik seperti yang digambarkan oleh para pejabat Kekaisaran Jepang.
“Beberapa merasa seperti hewan ternak yang dipersiapkan untuk disembelih,” jelas Adan. Bahkan ada beberapa kasus di mana mereka sangat ketakutan, “sehingga mereka harus didorong secara paksa untuk masuk ke dalam pesawat.”
Pelatihan Kamikaze Kekaisaran Jepang
Bagaimana kiat untuk mempersiapkan seseorang menghadapi akhir suram, seperti yang dialami pilot kamikaze? Menurut para pelatih, yaitu dengan cara merendahkan martabat para pilot, hingga titik di mana ia tak memperdulikan lagi nyawanya.
Untuk mencapai hal ini, para peserta pelatihan kamikaze menjalani pelatihan keras yang menyerupai penyiksaan dan pencucian otak. Mereka juga mendapat pelatihan fisik untuk memastikan mereka dalam kondisi prima sebelum berangkat menjalankan misi.
“Selain pelatihan fisik dan pengondisian yang brutal, para peserta pelatihan kamikaze juga mengalami pemukulan dan hukuman fisik yang nyaris tiada henti,” jelas Adan.
Para pejabat Kekaisaran Jepang percaya bahwa menyiksa seorang pilot yang malang akan mengeraskan seseorang dan memberinya semangat juang.
Para pilot kamikaze juga diharuskan mengamalkan buku pedoman yang secara khusus merinci bagaimana dan apa yang harus pilot lakukan.
Ketika pilot melihat kapal target mereka, buku pedoman itu memberi petunjuk di mana harus menjatuhkan pesawat mereka. Para pilot juga diperintahkan untuk tetap membuka mata saat menukik ke arah kapal musuh agar dapat melihat target mereka dan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan.
“Pada saat terakhir, mereka diharuskan berteriak ‘hissatsu’,yang artinya adalah ‘pasti membunuh’,” sebut Adan.
Meskipun pelatihan kamikaze berorientasi pada pertempuran, penambahan kebrutalan fisik dan sesi membaca dirancang untuk mengindoktrinasi para pilot. Tentu, semua upaya ini dilakukan menghasilkan pilot yang secara fanatik mengabdikan diri pada Kekaisaran Jepang.
Sanggup Serap Ratusan Juta Ton CO2, Terobosan Ini Diklaim Cocok Diterapkan di Indonesia
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR