Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Kekaisaran Jepang, Miyamoto Musashi merupakan salah satu samurai terhebat dan terkenal. Kisah hidupnya menjadi inspirasi banyak karya seni maupun orang banyak.
Ia melakukan banyak duel dengan samurai-samurai lain di Kekaisaran Jepang. Kehebatannya membuat banyak samurai ingin mengalahkannya demi menaikkan pamor mereka.
Di antara begitu banyak duel yang dilakukan oleh Musashi, duelnya dengan Sasaki Kojiro merupakan duel yang paling terkenal.
Siapa Miyamoto Musashi?
Detail kehidupan Musashi sering dikaburkan oleh dongeng dan fantasi. Bahkan identitas ibunya pun diperdebatkan. Meskipun demikian, beberapa sejarawan berhasil mengumpulkan fakta-fakta seputar samurai terhebat di Kekaisaran Jepang ini.
Miyamoto Musashi, nama asli Miyamoto Masana, lahir pada tahun 1584 di Mimasaka atau Harima, Jepang. “Ia adalah samurai Jepang terkenal pada periode awal Edo atau Tokugawa (1603–1867),” tulis Nick Forrest Evangelista di laman Britannica.
Musashi memulai karirnya sebagai petarung di awal kehidupannya ketika. Pada usia 13 tahun, dia mengalahkan seorang pria dalam pertempuran tunggal dan lawannya pun tewas seketika.
Di tahun 1600, Musashi berada di pihak yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara (yang membuka jalan untuk mendirikan Keshogunan Tokugawa), menjadi salah satu ronin (samurai tak bertuan).
Ia pun akhirnya memulai pencarian pribadi untuk mengembangkan teknik pedang yang sempurna. Sang samurai berhasil menciptakan nito ichi-ryu, gaya memagari dengan dua pedang, dan sekarang sering disebut sebagai kensai (sword saint).
Musashi mengaku telah bertarung dalam lebih dari 60 pertarungan pedang individu. Banyak lawannya tewas dalam duel-duel dengan Musashi. Dan ia pun memenangkan semua duel itu.
Duel legendaris Miyamoto Musashi
Duel Musashi yang paling terkenal terjadi pada tahun 1612, melawan musuh bebuyutannya Sasaki Kojiro. “Kojiro adalah seorang pendekar pedang yang keahliannya setara dengan Musashi,” tambah Evangelista. Keduanya saling bersaing.
Source | : | britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR