Tahap pertama adalah pemilihan kayu. Tidak semua jenis kayu kulitnya dapat diolah menjadi kain. Jenis kulit kayu yang biasa digunakan oleh para perajin di Sigi untuk membuat kain tersebut adalah kayu ivo dan kayu pohon beringin, atau disebut kayu nunu oleh masyarakat setempat.
Batang pohon ivo atau nunu dipotong sedemikian rupa, lalu diambil serat-seratnya, hingga menyisakan kulit kayu yang tipis.
Kulit kayu yang telah dipisahkan akan melalui proses fermentasi. Bila perlu, kulit kayu tersebut juga dimasak agar teksturnya lunak. Kemudian, kulit kayu dipukul-pukul menggunakan alat pemukul yang disebut batu ike.
Menurut masyarakat setempat, batu ike terdiri dari beberapa macam dengan fungsi yang berbeda. Jenis pertama adalah ike pehelai, yaitu pemukul dengan permukaan lebar dan disusun renggang. Fungsi ike pehelai adalah untuk meratakan permukaan kulit kayu.
Baca Juga: Festival Lestari: Dukungan untuk Kekuatan Berbasis Alam dan Berdaya Saing yang Berkelanjutan
Jenis kedua adalah ike pokero. Bentuknya hampir mirip dengan ike pehelai, tetapi susunan batunya lebih rapat. Ike pokero berfungsi untuk menghaluskan permukaan kulit kayu.
Selanjutnya, ike pabengka yang berfungsi untuk membuat permukaan kulit kayu lebih lebar. Oleh sebab itu, ike pabengka didesain dengan permukaan rapat dan diagonal sejajar.
Jenis terakhir adalah ike pepaupu yang berfungsi untuk membuat serat kulit kayu menjadi lebih tipis dan halus. Ike pepaupu juga dapat mencetak pola garis pada permukaan kain sehingga permukaannya lebih bervariasi.
Setelah mendapat tekstur kulit kayu yang diinginkan, kain akan melalui proses pewarnaan. Umumnya, warna diambil dari bahan-bahan alami, seperti lumpur untuk menghasilkan warna cokelat atau bunga dan tumbuhan liar untuk menghasilkan warna lain.
Baca Juga: Saat Belanda Menguasai Hutan Blora, Ditentang Samin dan Pengikutnya
Proses terakhir adalah penggambaran motif. Adapun motif kain kulit kayu umumnya bernuansa alam, seperti bunga dan tanaman. Namun, seiring perkembangan zaman, perajin juga mulai mengaplikasikan motif batik dengan beragam corak unik.
Tradisi budaya berbasis kearifan lokal
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR