Sementara itu, dari segi rasa, Coklat Pak Tani cenderung mirip dark chocolate. Rasa cokelat ini tidak terlalu manis karena kandungan kakaonya di atas 70 persen. Sementara untuk pemanis, bahan yang digunakan adalah gula aren.
Jika dibandingkan gula pasir, gula aren punya rasa manis yang lebih ringan, serta aroma yang lebih kuat. Jadi, tak hanya punya tekstur yang tidak terlalu pekat di mulut, Coklat Pak Tani juga memiliki rasa pahit-manis yang unik.
Baca Juga: Memperkenalkan Investasi Berbasis Alam Lewat Festival Lestari V
“Coklat Pak Tani memiliki empat varian rasa, yaitu original, keju, kelapa, dan kacang tanah. Untuk proses pembuatan cokelat varian original, tidak menggunakan bahan tambahan lain, selain gula, susu, dan vanili,” lanjut Thomas.
Selain produk cokelat batangan dari Desa Omu, para petani kakao di Kabupaten Sigi juga mengolah biji kakao menjadi produk siap jual lain, seperti minyak kakao dan bubuk cokelat.
Untuk membuat minyak kakao, biji kakao diekstrak hingga menghasilkan cairan minyak dengan warna kuning pucat. Nantinya, minyak kakao dapat diolah kembali menjadi bahan pembuat kue atau bahkan untuk kebutuhan industri kimia dan farmasi.
Sementara itu, bubuk cokelat dihasilkan dengan cara menempa biji cokelat hingga ampas dan lemaknya terpisah. Lalu, bagian ampasnya diambil untuk dihaluskan, dikeringkan, dan digiling hingga teksturnya menjadi bubuk.
Baca Juga: Unik, Suku Maya Anggap Biji Kakao Jadi Hadiah Dewa dan Mata Uang
Hasil olahan bubuk cokelat dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk baru, seperti minuman atau bahan campuran makanan.
Nilai ekonomi kakao
Sebagai salah satu produk hasil pertanian unggulan, kakao juga menjadi penopang perekonomian masyarakat Desa Omu. Tak hanya itu, kehadiran pabrik pengolahan kakao milik Coklat Pak Tani juga membuka lapangan pekerjaan bagi petani kakao dan ibu-ibu setempat.
Menurut Thomas, harga jual kakao yang sudah diolah menjadi cokelat batangan lebih menguntungkan dibandingkan dengan harga jual biji kakao mentah.
"Satu kilogram (kg) biji cokelat dihargai sekitar Rp 35.000 sampai Rp 37.000 jika dijual secara langsung ke pedagang pengumpul. Sedangkan satu kilogram biji cokelat yang diolah bisa menghasilkan sekitar 12 cokelat batang dengan harga jual Rp 25.000 per bungkus," papar Thomas.
Baca Juga: Sepotong Sejarah Cokelat: Berasal dari Ekuador Sejak 5.300 Tahun Lalu
Melihat potensi tersebut, masyarakat Desa Omu pun kini fokus mengembangkan tanaman kakao untuk diolah menjadi cokelat batang siap jual. Partisipasi Kabupaten Sigi dalam LTKL juga menjadi harapan bagi masyarakat Desa Omu untuk memperkenalkan produk mereka kepada khalayak luas.
Pengolahan kakao juga membuktikan bahwa komoditas yang berasal dari tanah yang sehat dan diolah secara berkelanjutan dapat menghasilkan produk berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi. Dengan mengolah kakao ini, perekonomian para petani dan pengolah kakao dapat tumbuh lebih baik.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR