Pada tahun 1880-an, teknologi baterai listrik telah membuat sistem propulsi di kapal selam jauh lebih andal. Dengan penambahan mesin pembakaran, kapal selam akhirnya menjadi pilihan yang layak bagi angkatan laut untuk dioperasikan dalam skala besar.
Mesin diesel akan digunakan saat kapal selam berada di permukaan. Pada posisi ini baterai akan mengisi daya, yang kemudian digunakan saat kapal terendam. Kombinasi diesel-listrik ini masih umum digunakan dalam banyak desain kapal selam saat ini.
Semasa Perang Dunia I dan II, kapal selam digunakan oleh beberapa negara di Eropa dan Amerika. Armada kapal selam menjadi kekuatan besar bagi para angkatan laut, yang terbukti andal dalam menyukseskan berbagai misi.
Kapal Selam Pasca-Perang Dunia II
Seiring berkembang pesatnya teknologi, kapal selam militer tidak hanya sekadar berbahaya bagi kapal-kapal laut saja. Kini, berbagai jenis rudal yang meluncur dari badan kapal selam mampu meluluhlantakkan target daratan.
Tenaga penggeraknya pun menjadi nuklir, yang lebih senyap daripada mesin diesel-listrik. Perkembangan teknologi juga memungkinkan oksigen disuling dari air laut, dan proses penyulingan membuat air laut dapat diminum.
“Hasilnya, kapal selam sekarang dapat bertahan selama berbulan-bulan dalam satu waktu, dengan satu-satunya batasan adalah makanan dan moral,” kata Greg.
Tak hanya sebagai mesin pembunuh, kapal selam juga telah membuktikan kemampuannya dalam memperkaya pengetahuan-pengetahuan penting bagi manusia.
Pada tahun 2019, Victor Vescovo mengemudikan kapal selamnya, DSV Limiting Factor, hingga kedalaman 10.927 meter di bawah permukaan. Perjalanan ini dilakukan di Palung Mariana, yang merupakan bagian terdalam dari lautan yang diketahui saat ini.
“Ini adalah penyelaman terdalam, tetapi bukan pertama kalinya kapal selam mencapai dasar Palung Mariana,” kata Greg.
“Don Walsh dan Jacques Piccard mencapai prestasi tersebut pada tahun 1960 untuk Angkatan Laut AS. Sutradara James Cameron juga berhasil mencapai dasar pada tahun 2012 dalam film Deepsea Challenger.”
Dus, di bidang militer kapal selam menjadi jauh lebih berbahaya karena menjadi lebih cepat dan senyap, serta persenjataannya menjadi lebih mematikan.
Namun, di bidang sains, kapal selam dengan teknologi yang lebih canggih berarti akan mendobrak batas pengetahuan manusia mengenai kedalaman laut saat ini.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR