Arachne pertama kali mempelajari seni menenun saat masih kecil, dan dia segera menjadi seorang ahli. Dia menjadi terkenal karena kemampuannya menghidupkan permadani.
Seorang pengamat yang terpesona dengan karya Arachne berkomentar bahwa ia pasti diberkati oleh Athena, dewi kerajinan dan tenun.
Arachne mencemooh penyangkalan dan mengeklaim bahwa itu adalah bakatnya sendiri.
Sayangnya, Arachne tidak berhenti di situ. Tanpa sepengetahuannya, pengamat itu sebenarnya adalah dewi itu sendiri. Maka, Arachne menjadi mangsa keangkuhan. Ia bahkan menantang sang dewi untuk kompetisi menenun.
Athena kemudian mengungkapkan dirinya, tetapi Arachne hanya tersipu sedikit. Rupanya ia masih sangat bertekad untuk membuktikan bahwa keahliannya lebih baik dari Athena.
Arachne tidak menarik kembali tantangannya dan kompetisi menenun pun dimulai. Athena menenun gambaran agung para dewa di saat-saat paling terkenal mereka.
Sang dewi menenun lukisan Zeus di singgasananya yang perkasa, Poseidon mengeluarkan mata air, hingga Athena dianugerahi kota Athena.
Sebagai balasan, Arachne menenun penggambaran para dewa yang melakukan tindakan terburuk mereka. Dia menenun adegan nafsu dan kekerasan yang mengerikan dari para dewa.
Athena sangat terpukul oleh pemandangan di permadani Arachne, jadi dia merobek-robek pekerjaan itu.
Ia marah oleh keunggulan keterampilan Arachne dan penolakannya untuk memberikan penghargaan kepada Athena karena memberkatinya dengan keterampilan itu. Maka, Athena mengubah Arachne menjadi seekor laba-laba.
Icarus yang lupa diri
Mitos Icarus dimulai dengan ayah dan anak yang terperangkap di penjara raja jahat. Daedalus, sang ayah, adalah seorang penemu jenius.
Suatu kali, dia membantu pahlawan mitologi Yunani, Theseus, melarikan diri dari labirin Raja Minos.
Sebagai hukuman, Raja Minos melemparkan Daedalus dan putranya yang masih kecil ke dalam labirin. Daedalus, perajin yang bijak, menyusun rencana untuk melarikan diri.
Dia mengumpulkan bulu dan menyatukannya untuk membuat sayap. Setelah sayapnya siap—satu pasang untuk Daedalus, dan satu untuk Icarus.
Daedalus memberi Icarus beberapa instruksi tegas:
“Izinkan aku memperingatkanmu, Icarus, untuk mengambil jalan tengah, kalau-kalau kelembapan membebani sayapmu. Jika kau terbang terlalu rendah, atau jika kau terbang terlalu tinggi, matahari menghanguskannya.”
Bersemangat atas kemungkinan terbang dan melarikan diri dari penjara, Icarus dengan tergesa-gesa menyetujui peringatan ayahnya. Maka, Icarus dan Daedalus memulai penerbangan mereka.
Awalnya, Icarus mengikuti ayahnya, menghindari ombak, dan tidak terbang terlalu dekat dengan matahari. Namun, saat kegembiraan kebebasan dan pelarian mengalir melalui Icarus muda, dia menjadi sembrono.
Dengan kesombongan, Icarus mulai menukik semakin tinggi.
Kedekatannya dengan matahari yang melahap melunakkan lilin harum yang menahan sayap dan lilin meleleh.
Icarus mengepak dengan tangan telanjang, tetapi kehilangan sayapnya yang seperti dayung, tidak dapat terbang di udara. Bahkan saat mulutnya meneriakkan nama ayahnya, Icarus menghilang ke laut biru yang gelap.
Icarus hilang ke laut. Daedalus memanggilnya lagi dan lagi, tapi segera menyadari bulu-bulu itu melayang-layang di atas ombak.
Dia kemudian menemukan tubuh Icarus dan menamai pulau terdekat dengan nama putranya yang hilang, Icaria, tambahan yang mengerikan untuk tragedi Yunani.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR