Nationalgeographic.co.id—Keangkuhan menjadi penyebab kejatuhan banyak dewa dan pahlawan dalam mitologi Yunani. Tidak sedikit pahlawan Yunani kuno yang bertingkah bak dewa.
Dewa-dewa dalam mitologi Yunani tidak menyukai manusia yang melangkahi atau terlalu banyak menyombongkan diri.
Orang Yunani kuno menganggap keangkuhan sebagai kesalahan fatal yang membawa tragedi pada para pahlawan.
Bahkan, keangkuhan itu bisa menyebabkan kematian mereka. Hukuman untuk keangkuhan seringkali merupakan pengingat akan keterbatasan dan kematian manusia.
Phaethon, putra sang dewa matahari
Phaethon adalah putra Helios, dewa matahari dalam mitologi Yunani. Untuk menghormati garis keturunannya, nama pahlawan Yunani itu berarti bercahaya.
Meskipun memiliki garis keturunan yang begitu terkenal, orang-orang di kota Phaethon bersikap skeptis.
Tidak ada yang percaya bahwa Phaethon sebenarnya adalah putra dewa matahari yang terhormat. “Ia pun kerap diejek,” tulis Bethany Williams di laman The Collector.
Tersengat oleh ketidakpercayaan mereka, Phaethon berdoa kepada Helios. Ia memohon diberikan cara untuk membuktikan bahwa sang dewa adalah ayahnya.
Karena kasihan pada penderitaan putranya, Helios bersumpah bahwa dia akan mengabulkan satu permintaan Phaethon. Apapun yang dia inginkan.
Dalam mitologi Yunani, bukanlah ide yang baik bagi seorang dewa untuk menawarkan apa saja kepada manusia.
Senang dengan janji ayahnya, Phaethon bertanya apakah dia bisa mengemudikan kereta dewa matahari melintasi langit selama sehari.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR