"Banyak hal yang kami lihat di sisi pertanian bukanlah tentang menemukan tanaman baru atau jenis tanaman yang berbeda. Ini tentang apa yang sudah ditanam yang dapat ditingkatkan dengan biaya yang efektif," kata Webb.
Selain relatif mudah tumbuh, rumput laut memiliki jejak karbon yang sangat kecil. Bahkan rumput laut dapat membantu menurunkan tingkat karbon di lautan.
Meskipun sedikit yang diketahui tentang berapa banyak CO2 yang dilepaskan rumput laut selama panen, penelitian telah menemukan bahwa peternakan ganggang cokelat abadi menyerap hingga sepuluh ton CO2 per hektare permukaan laut per tahun.
Selain bisa menyerap karbon, rumput laut dapat membantu mengurangi emisi gas metana secara dramatis ketika ditambahkan ke pakan ternak.
"Kecuali kita mendapatkan pemanasan laut yang signifikan, membudidayakan rumput laut menawarkan cara yang tidak hanya ramah iklim, tetapi juga merupakan bukti iklim," kata Webb.
“Kita tidak tahu seberapa cepat industri akan mulai merasakan dampak negatif dari perubahan iklim, tetapi potensinya terlihat bagus. Dengan membudidayakan rumput laut, hal itu tidak akan mempercepat dampak negatif tersebut, sedangkan menebang pohon dan menambah lebih banyak ternak pasti akan mempercepatnya."
Tantangan produksi dan pengolahan
Industri budidaya rumput laut kini berkembang pesat di Indonesia, tempat tenaga kerja musiman selalu tersedia dan pertanian dapat mencapai skala ekonomi tingkat industri (berbeda dengan pertanian keluarga, misalnya di India dan Tanzania).
Indonesia sekarang adalah pengekspor utama dua spesies rumput laut dari mana karagenan, pengental yang ditemukan dalam susu kacang dan daging, diekstraksi.
"Ada banyak jenis rumput laut yang berbeda, dan mereka semua membutuhkan lingkungan yang berbeda untuk tumbuh. Pantai Afrika dan Asia yang luas, tidak semuanya akan menjadi real estate utama," kata Webb. "Tapi sebagian besar akan begitu."
Agar budidaya rumput laut berkembang di tempat-tempat ini, pemerintah harus menganggapnya serius dan membuat peraturan keamanan pangan dan lingkungan keseluruhan di mana hal itu bisa terjadi, kata Webb. Minat investasi lokal dan internasional juga akan menjadi kunci.
"Jika tidak terjadi besok, dengan kondisi yang tepat, itu bisa terjadi lusa," kata Webb optimistis.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | Tufts University |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR