Nationalgeographic.co.id—Ada banyak pertanyaan menarik dalam dunia hewan, di antaranya telah terpecahkan dan sebagian lain menunggu dipelajari. Salah satu yang masih menyisakan misteri adalah sistem ekskresi pada burung.
Apakah burung menghasilkan urine? Bagaimana para burung kencing atau mengeluarkan urine? Apakah burung kencing seperti manusia?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sudah dapat dijawab sebagian. Beberapa hasil penelitian di dunia hewan beberapa tahun terakhir telah mengungkap rahasia sistem ekskresi pada burung yang ternyata sesimpel yang dipahami selama ini.
Sistem ekskresi adalah sistem dalam tubuh makhluk hidup yang berfungsi mengeluarkan limbah metabolik, salah satunya adalah urine. Pada burung, hasil penelitian menunjukkan bahwa burung juga menghasilkan urine sama seperti manusia.
Akan tetapi, urine pada burung tidak keluar dengan cara yang sama seperti pada manusia termasuk spesies lain di dunia hewan. Bagaimana kencing burung dikeluarkan, mungkin merupakan adaptasi evolusioner yang menguntungkan penerbangan.
Misalnya anjing yang mengangkat kakinya. Atau kucing yang menggunakan kotak pasir. Sedangkan pada burung, mereka mengeluarkan urine di mana saja.
Akan tetapi, muncul pertanyaan baru. Apakah bercak berwarna keputihan ini hanya kotoran burung? Bagaimana dengan kencing burung?
"Kencing mereka tidak mirip dengan kita," kata Sushma Reddy, seorang profesor ornitologi di University of Minnesota. "Ini bukan cairan." Sebagai gantinya, burung menjatuhkan pasta putih yang mengandung kencing dan kotoran.
Burung memiliki satu lubang untuk membuang kotoran yang disebut kloaka. Kloaka adalah sistem multiguna pada anatomi burung.
Kloaka mengarah ke saluran kemih, pencernaan, dan reproduksi. Melalui lubang inilah burung secara bersamaan buang air kecil dan buang air besar ke mobil dan manusia yang sedang apes.
Dinosaurus, nenek moyang burung, juga memiliki kloaka, seperti halnya amfibi, reptil, beberapa ikan, dan monotremata, seperti platipus.
Reddy mengatakan, dari perspektif evolusi pada burung, metode ekskresi yang praktis tersebut kemungkinan dipertahankan karena merupakan adaptasi terhadap penerbangan.
Dibutuhkan banyak energi untuk mempertahankan kepakan sayap, jadi burung harus tetap ringan dan menjaga nutrisi penting untuk penerbangan jangka panjang.
Jadi burung mengeluarkan sisa metabolisme yang tidak mereka butuhkan dengan cepat dan efisien saat terbang, kata Reddy.
Kemampuan terbang membantu menjelaskan perbedaan antara sistem kemih burung dan mamalia. Mamalia membuang limbah nitrogen dengan mengubah amonia (zat beracun) menjadi urea.
Urea itu kemudian diencerkan dalam cairan. Cairan encer itulah yang kemudian menjadi urine yang dikeluarkan oleh manusia dan mamalia lainnya.
Burung mengubah limbah nitrogen yang dikeluarkan oleh ginjal menjadi asam urat, yang tidak larut dalam air dan keluar sebagai padatan.
Hal itu seperti yang dijelaskan dalam manual tentang "sistem unggas" dari Extension Dodge County University of Wisconsin-Madison. Dengan demikian, burung dapat menghemat air dan tidak perlu membawa kandung kemih yang berat dan penuh.
Ekskresi burung lebih rumit
Akan tetapi kencing burung mungkin lebih kompleks dari yang dipahami sebelumnya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 di Journal of Ornithology menguji komposisi kimia dari kencing enam spesies unggas dan tidak menemukan jejak asam urat. Jurnal tersebut dipublikasikan dengan judul "a re-evaluation of the chemical composition of avian urinary excreta".
Sebaliknya, para ilmuwan menemukan senyawa yang terbuat dari amonium, magnesium, dan fosfat. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa proses yang tidak diketahui mengubah asam urat tepat sebelum keluar dari kloaka.
Osmoregulasi pada burung rumit, dengan berbagai organ yang bertindak secara bersamaan untuk mengatur proses fisiologis ini. Osmoregulasi adalah proses pengaturan keseimbangan air dalam tubuh.
Menurut penelitian itu, yang menarik adalah bagaimana ekskresi urine burung dapat menghilangkan kelebihan nitrogen sambil meminimalkan kebutuhan air. Sehingga burung dapat menyeimbangkan tuntutan fisiologis saat penerbangan.
"Telah lama disimpulkan dari analisis kimia, dan baru-baru ini dari studi genetik, bahwa asam urat adalah konstituen utama urine di Aves. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa bahan limbah dapat dimodifikasi di dalam ceca segera sebelum dikeluarkan," tulis peneliti.
Penelitian selanjutnya dengan lebih banyak spesies burung dapat membantu menjelaskan transformasi misterius ini.
Sebelum membaca makalah hasil penelitian itu, Reddy mengatakan bahwa dia dan ahli ornitologi lainnya akan dengan tegas menyatakan, bahwa asam urat adalah bahan utama kotoran burung yang mengotori kaca depan mobil Anda.
"Kadang-kadang hal-hal yang ada di buku teks persis seperti yang harus kita uji lagi," kata Reddy tentang temuan itu.
Reddy menggunakan kotoran burung untuk mempelajari DNA. Menurutnya, memahami komposisi yang tepat dari kencing burung penting untuk pekerjaannya.
Laboratoriumnya menggunakan kotoran dari burung piping plovers yang terancam punah (Charadrius melodus). Hal itu merupakan cara non-invasif untuk mengumpulkan sampel genetik yang memberikan informasi tentang pola makan burung, mikrobiomanya, dan bahkan penyakitnya.
DNA yang diperoleh dari kencing, kata Reddy, seperti "lensa ke semua hal berbeda yang dapat kita ceritakan tentang burung."
Source | : | Live Science,Journal of Ornithology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR