Nationalgeographic.co.id—“Kawasan SM Muara Angke yang memiliki luas 25,02 hektare merupakan suaka margasatwa terkecil di Indonesia," jelas Kepala BKSDA Jakarta Agus Arianto. "Namun, bagi masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya, SM Muara Angke menjadi kawasan penting penyangga kehidupan."
Kawasan ini juga menjadi rumah bagi sembilan spesies mangrove sejati, yaitu Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia caseolaris, Acrosticum aureum, Acanthus ilicifolius dan Excoecaria agallocha. Selain itu, tempat ini juga habitat bagi aneka fauna seperti buaya air asin, kadal, monyet ekor panjang, ular, serta burung.
Sejak 2018, BKSDA Jakarta bekerja sama dengan YKAN dalam kerangka inisiatif Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) untuk melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove di SM Muara Angke.
Proses restorasi di SM Muara Angke meliputi instalasi penghalang sampah di pinggir Sungai Angke, pengendalian tumbuhan invasif, perbaikan hidrologi, hingga penimbunan substrat di area dengan genangan tinggi dan penanaman. Upaya ini untuk mendukung penguatan fungsi SM Muara Angke sebagai pusat edukasi dan restorasi ekosistem mangrove di Jakarta.
Pelestarian ekosistem mangrove memerlukan dukungan semua pihak, termasuk swasta. “Sinergi amat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, termasuk ekosistem mangrove. Keterlibatan multipihak menjadi bagian utama dalam setiap aksi konservasi. Hasil yang maksimal akan diperoleh jika pemerintah, masyarakat, swasta, dan LSM berkolaborasi dan bermitra secara strategis,” terang Direktur Pengembangan dan Pemasaran YKAN Ratih Loekito.
Presiden Direktur Dow Indonesia, Riswan Sipayung menyampaikan, “Keberlanjutan selalu berada di garis depan tindakan dan keputusan perusahaan, sebagai bentuk tanggung jawab kami terhadap lingkungan dan generasi mendatang."
Dia melanjutkan, "Turut serta dalam pelestarian ekosistem mangrove menjadi salah satu bagian pilar keberlanjutan kami, yaitu Protect the Climate, dengan melindungi sumber daya alam yang diyakini dapat turut berkontribusi dalam menekan laju emisi karbon. Acara penanaman mangrove ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian peringatan 50 tahun Dow di Indonesia. Dengan semangat Driving a Sustainable Future through the Spirit of Diversity and Unity, kami juga mengajak para karyawan untuk ikut ambil bagian dalam pemulihan dan perbaikan lingkungan.”
Sebagai bagian dalam Global Citizenship, Dow secara global berkomitmen untuk mendukung pemangku kepentingan dunia dalam mengatasi tantangan masyarakat yang paling mendesak yang difokuskan dalam tiga pilar utama yaitu Protect the Climate, Transform the Waste dan Close the Loop. Dow secara global memiliki komitmen mengurangi emisi karbon hingga 5 juta metrik ton pada 2030, dan mencapai netralitas karbon pada 2050.
Untuk meningkatkan kesadaran bersama tentang pelestarian mangrove, BKSDA Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Dow Indonesia menggelar acara penyadartahuan dengan tema “Mangrove for Jakarta-Restoring Mangrove, Protecting Jakarta”, pada 13 Juli 2023 di Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke, Jakarta Utara.
Dow Indonesia, hari ini, turut mengumumkan komitmennya dalam mendukung upaya pelestarian mangrove seluas 125 meter persegi di SM Muara Angke. Hal ini ditandai dengan penanaman 50 bibit mangrove secara simbolis oleh manajemen dan karyawan Dow, serta diskusi interaktif, penanaman mangrove, pembersihan tumbuhan invasif, dan pembibitan mangrove.
“Ekosistem mangrove memiliki kaitan yang erat terhadap perubahan iklim. Peranan Indonesia dalam upaya mitigasi perubahan iklim secara global amat besar, sehingga melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove merupakan langkah penting yang harus segera dilakukan secara bersama-sama sebagai bentuk kepedulian kita pada dunia,” pungkas Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR