Salon Rambouillet menjadi tempat pertemuan kaum intelektual Paris dan kalangan sastrawan.
Salon awal ini lebih informal daripada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Diskusi tidak terlalu terencana dan terstruktur, serta lebih banyak candaan, olok-olok ringan, atau sekadar bersosialisasi.
Pada abad ke-18, salon-salon telah mengembangkan struktur yang lebih formal. Mereka mulai memfokuskan pada literatur, pembelajaran, dan debat. Seperti yang bisa diduga, diskusi di salon-salon pra-revolusi berkisar pada politik, filsafat, dan ide-ide Pencerahan.
Para pemilik salon
Menurut Jennifer, Pertemuan di salon tidak mengikuti struktur atau prosedur yang konsisten. Acara ini dijalankan oleh salonnière (pemilik salon) sesuai keinginannya. Salah satu aspek yang paling penting dari sebuah salon adalah memutuskan siapa yang akan diundang.
“Sebagian besar salonnière mencoba menyusun daftar tamu yang memungkinkan adanya campuran pendapat, menghasilkan diskusi yang menantang dan terbukti menarik bagi semua yang terlibat,” jelas Jennifer.
Seperti yang dikatakan oleh sejarawan Steven D. Kale, undangan ke salon dipilih oleh tuan rumah untuk kesesuaian dan kontras yang mungkin menghasilkan percakapan yang paling menarik dan harmonis.
“Oleh karena itu, para salonnières melakukan tindakan penyeimbangan yang sulit, mengembangkan kemampuan individu tanpa membiarkan satu tamu membayangi tamu lainnya.”
Salon biasanya bertempat di ruang resepsi, seperti ruang tunggu, perpustakaan atau ruang tamu. Pertemuan yang lebih kecil kadang-kadang diadakan di kamar tidur tuan rumah.
Sebagian besar dimulai dengan membaca suatu bacaan, biasanya dari novel, esai, atau teks filosofis yang baru muncul atau baru ditemukan. Diskusi berlanjut dari sana, sering kali dipimpin atau didorong oleh salonnière.
Salon dan Revolusi
Source | : | Alpha History |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR