Hasil penelitian ini memiliki implikasi yang luas untuk pengelolaan lingkungan dan pembuatan kebijakan di wilayah tersebut.
Meskipun penyebab pasti atau akibat yang ditimbulkan dari penghijauan ini tidak diketahui, namun setiap perubahan iklim besar (kenaikan indeks 30-60%) pada vegetasi pasti akan berdampak pada ekosistem dan lingkungan.
"Lereng Pasifik menyediakan air untuk dua pertiga negara, dan dari sinilah sebagian besar makanan untuk Peru juga berasal," kata Barnes.
“Perubahan vegetasi yang cepat ini, dan tingkat air serta ekosistem, pasti akan berdampak pada manajemen perencanaan air dan pertanian.”
Para peneliti percaya temuan mereka akan berkontribusi secara signifikan terhadap pemahaman komunitas ilmiah. Utamanya tentang interaksi kompleks antara perubahan iklim dan ekosistem yang rapuh di lingkungan kering dan semi-kering.
“Ini adalah tanda peringatan, seperti burung kenari di tambang. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikan perubahan iklim dalam skala besar. Tapi mengetahuinya akan membantu merencanakan masa depan dengan lebih baik,” pungkas Lepage.
Penelitian ini dilakukan oleh Environmental Physics Group yang dipimpin oleh Prof. Crispin Barnes dan didanai oleh Universidad Nacional de Cañete (UNDC), dpto Lima, Peru.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | University of Cambridge,MDPI Remote Sensing |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR