Nationalgeographic.co.id—Miyamoto Musashi dikenal sebagai salah satu samurai terhebat di Kekaisaran Jepang. Ia adalah ahli pedang dan ronin yang dihormati di Jepang. Kisah hidupnya yang menarik membuat Musashi menjadi salah satu ikon budaya paling terkenal di Negeri Matahari Terbit itu.
Dia menulis salah satu risalah seni bela diri paling terkenal sepanjang masa: Go Rin no Sho. Dikenal juga sebagai The Book of Five Rings, tulisannya itu menjadi panduan ilmu pedang, strategi militer, dan filosofi. Karya Musashi disusun dalam lima buku yang mewakili lima elemen kosmologi Jepang: Tanah, Air, Api, Angin, dan Kehampaan.
Kelak, tulisan Miyamoto Musashi menjadi warisan abadi dari samurai terhebat di Kekaisaran Jepang.
Miyamoto Musashi “melepaskan” pedang setelah duelnya dengan Kojiro
Setelah mengalahkan Kojiro, Miyamoto Musashi bisa mengeklaim sebagai pendekar pedang terhebat di Kekaisaran Jepang. Tapi dia baru menjadi samurai terhebat setelah hari-hari duelnya selesai.
Kematian Kojiro membuat Musashi sedih dan dia mengalami semacam kebangkitan spiritual. Sementara Musashi kemudian berpartisipasi dalam duel kecil, musha shugyo-nya (pengembaraan) telah berakhir.
Dia menjadi mawas diri dan menulis saat ini:
“Saya mengerti bahwa saya belum menjadi pemenang karena keahlian yang luar biasa dalam seni bela diri. Mungkin saya memiliki bakat alami atau tidak menyimpang dari prinsip-prinsip alami. Atau lagi, apakah seni bela diri dari gaya lain kurang? Setelah itu, bertekad untuk mencapai pemahaman yang lebih jelas tentang prinsip-prinsip yang mendalam, saya berlatih siang dan malam. Pada saat saya berusia 50 tahun, saya menyadari jalan seni bela diri ini secara alami.”
Ahli pedang itu menjadi guru seni bela diri dan menganut filosofi Buddhisme Zen. Dia juga serius berlatih seni bela diri, menekuni kaligrafi, dan melukis. Dia, pada kenyataannya, menjadi samurai yang ideal sebagai sarjana, seniman, dan ahli pengendalian diri.
Pada tahun 1643, Musashi mungkin merasakan kematian datang ketika dia mulai menulis otobiografinya, Go Rin No Sho. Tulisannya juga dikenal sebagai Kitab Lima Lingkaran atau The Book of Five Rings. Musashi menyelesaikannya dalam waktu 2 tahun.
The Book of Five Rings, karya Miyamoto Musashi yang abadi
“The Book of Five Rings menguraikan cara Miyamoto Musashi memandang dunia, filosofinya, dan seni bela diri,” tulis Michael Smathers di laman The Collector.
Dalam tulisannya, Musashi menekannkan untuk tidak terlalu memaksakan tradisi yang sudah mapan. Juga untuk menggunakan apa yang paling efektif. “Pikirkan saja untuk menebas musuh,” nasihatnya.
Musashi juga berulang kali menekankan perlunya berlatih secara teratur. Setiap bagian atau pelajaran dalam bukunya diakhiri dengan beberapa variasi gagasan. Misalnya, “Anda harus mempelajari ini secara mendalam.”
Masing-masing dari lima bagian buku ini memiliki fokus yang berbeda.
Tanah
Tanah membahas prinsip-prinsip dasar yang mendasari “Jalan Strategi” (sebagaimana Musashi mengacu pada ilmu pedang). Inti dari Jalan Strategi Musashi adalah penggunaan katana dan wakizashi secara bersamaan, daripada berfokus pada satu senjata. Juga tentang penggunaan senjata yang tepat untuk situasi tertentu dan tetap teguh untuk mempelajari “Jalan Strategi”.
Air
Air adalah instruksi permainan pedang paling langsung yang berhubungan dengan cengkeraman, sikap, dan berbagai tindakan serta konsep.
Bagian risalah Miyamoto Musashi ini paling banyak membahas tentang penggunaan pedang. Ia menjelaskan cara yang tepat untuk menggenggam pedang, postur, dan gerakan ketika menghadapi musuh.
Api
Api mengatasi masalah strategi skala besar seperti keuntungan situasional dan mengganggu waktu musuh.
Gagasan terpenting dalam buku Api adalah mengambil inisiatif. Misalnya menyerang terlebih dahulu. Selain itu, inisiatif juga berarti mulai mendikte kecepatan pertarungan dengan segera memimpin musuh ke tempat yang diinginkan.
Angin
Sedangkan Angin menunjukkan masalah Musashi dengan ajaran aliran ilmu pedang lain. Musashi mencela preferensi untuk pedang yang lebih panjang (nodachi) dan pedang pendek (kodachi).
Dengan pedang yang lebih panjang, mudah untuk terlalu mengandalkan jangkauan dan tidak efektif jika musuh mendekat. Dengan pedang pendek, mudah terjebak dalam posisi bertahan.
Tidak ada salahnya belajar menggunakan senjata-senjata ini. Musashi menganjurkan agar seorang samurai belajar menggunakan banyak senjata dan tampil sesuai tuntutan situasi tetapi tidak memiliki preferensi.
Kehampaan
Kehampaan adalah renungan spiritual tentang keadaan pikiran yang ideal. “Buku ini lebih filosofis dari yang lain,” tambah Smathers. Bagian ini menggali pola pikir yang tepat yang harus dimiliki seorang samurai atau prajurit: mushin atau Mind of the Void. Seharusnya tidak ada praduga, rencana, ide, atau keinginan untuk hasil tertentu.
Menurut Musashi, seorang samurai atau prajurit harus bertindak secara naluriah sesuai dengan keterampilan yang telah diajarkan. Satu-satunya tujuannya adalah menebas musuh yang berdiri di depan mereka terlepas dari bagaimana hal itu harus dilakukan. Hidup sepenuhnya pada saat yang ada memungkinkan seseorang untuk bertindak dan bereaksi terhadap keadaan yang berubah.
Seperti The Art of War karya Sun Tzu, beberapa nasihat Musashi memiliki nilai abadi di Kekaisaran Jepang, bahkan di dunia. Seperti yang ditulis Musashi: “Tidak ada apa pun di luar diri Anda yang dapat membuat Anda menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih kaya, lebih cepat, atau lebih pintar. Semuanya ada di dalam. Semuanya ada. Jangan mencari apa pun di luar dirimu.”
Tulisan Miyamoto Musashi menjadi warisan abadi dari samurai terhebat di Kekaisaran Jepang.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR