Aleksander melanjutkan kampanyenya ke Suriah dan Mesir, di mana dia disambut sebagai seorang pembebas.
Dia mendirikan Kota Aleksandria di Mesir dan melanjutkan untuk menaklukkan jantung Kekaisaran Persia.
Pada tahun 331 Sebelum Masehi, dia mengalahkan Darius III pada Pertempuran Gaugamela. Kemenangan Aleksander Agung menandai berakhirnya kekuasaan Persia.
Terlepas dari banyak kemenangannya, Aleksander bukannya tidak terkalahkan. Dia menghadapi beberapa kemunduran. Misalnya, pemberontakan pasukannya di Sungai Hyphasis di India. Pembunuhan beberapa teman dan penasihat terdekatnya, termasuk teman masa kecilnya Hephaestion, juga membuat sang penakluk terpukul.
Kecemerlangan strategisnya
Aleksander Agung adalah seorang jenius militer yang dikenal karena pemikiran strategis dan taktisnya yang luar biasa.
Dia ahli beradaptasi dengan keadaan yang berubah, dan dia memiliki kemampuan bawaan untuk membaca kelemahan lawannya dan mengeksploitasinya untuk keuntungannya.
Strategi briliannya berperan penting dalam penaklukannya. Strateginya bahkan masih dipelajari dan dikagumi oleh para sarjana militer dan ahli strategi di seluruh dunia.
Salah satu langkah strategis Aleksander yang paling menonjol adalah keputusannya untuk menyerang Kekaisaran Persia. Pada saat itu, Persia adalah kekuatan dominan di wilayah tersebut. Banyak yang percaya bahwa Persia terlalu kuat untuk dikalahkan.
Namun, Aleksander melihat peluang untuk melemahkan kekaisaran dengan menyerang provinsi yang lebih lemah. Ia juga mengganggu jalur pasokannya.
Sang penakluk Makedonia itu meluncurkan serangkaian serangan bak sambaran petir. Ia dengan cepat merebut wilayah dan mengamankan cengkeramannya di wilayah tersebut.
Menggunakan tipuan untuk mengecoh lawan
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR