Nationalgeographic.co.id—Prestasi Aleksander Agung sebagai seorang pemimpin militer dari dunia kuno sangat melegenda. Bahkan setelah kematiannya, ia terus menginspirasi hingga kini. Tapi apa yang membuat Aleksander menjadi komandan yang begitu sukses?
Bagaimana dia berhasil menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal hanya dalam 13 tahun, tanpa pernah mengalami kekalahan besar?
Masa kecil Aleksander Agung
Aleksander lahir pada 356 Sebelum Masehi di Pella, ibu kota kerajaan Makedonia. Dia adalah putra Raja Philip II dan Ratu Olympias.
Sejak usia muda, Aleksander mengenal budaya militer Makedonia. Mengutip dari History Skill, “Ayahnya adalah ahli strategi militer brilian yang mengubah Makedonia menjadi negara yang kuat.”
Aleksander menerima pendidikannya dari beberapa pengajar terbaik di Yunani kuno, termasuk Aristoteles, yang mengajarinya filsafat, etika, dan politik.
Ketika Aleksander baru berusia 20 tahun, ayahnya tewas dibunuh. Ia pun naik takhta sebagai Raja Makedonia. Tidak menunggu lama, ia pun segera menghadapi beberapa tantangan. Seperti pemberontakan oleh beberapa negara kota Yunani dan ancaman invasi dari Kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Raja Darius III.
“Usia muda tidak menghentikan Aleksander Agung untuk memulai kampanye militer pertama yaitu penaklukan negara-kota Yunani,” ungkap Vedran Bileta di laman The Collector.
Semangatnya untuk menaklukkan
Aleksander tidak puas hanya dengan mempertahankan kerajaannya; dia ingin memperluasnya. Dia meluncurkan serangkaian kampanye militer, dimulai dengan invasi ke Persia pada tahun 334 Sebelum Masehi.
Tentara Aleksander terdiri dari sekitar 35.000 tentara, termasuk phalanx Makedonia, kavaleri, dan pemanah.
Mereka berbaris melalui Asia Kecil dan mengalahkan Persia di Pertempuran Granicus. Kemenangan ini memberi Aleksander kendali atas Asia Kecil bagian barat. Selain itu, juga membuka jalan untuk penaklukan lebih lanjut.
Aleksander melanjutkan kampanyenya ke Suriah dan Mesir, di mana dia disambut sebagai seorang pembebas.
Dia mendirikan Kota Aleksandria di Mesir dan melanjutkan untuk menaklukkan jantung Kekaisaran Persia.
Pada tahun 331 Sebelum Masehi, dia mengalahkan Darius III pada Pertempuran Gaugamela. Kemenangan Aleksander Agung menandai berakhirnya kekuasaan Persia.
Terlepas dari banyak kemenangannya, Aleksander bukannya tidak terkalahkan. Dia menghadapi beberapa kemunduran. Misalnya, pemberontakan pasukannya di Sungai Hyphasis di India. Pembunuhan beberapa teman dan penasihat terdekatnya, termasuk teman masa kecilnya Hephaestion, juga membuat sang penakluk terpukul.
Kecemerlangan strategisnya
Aleksander Agung adalah seorang jenius militer yang dikenal karena pemikiran strategis dan taktisnya yang luar biasa.
Dia ahli beradaptasi dengan keadaan yang berubah, dan dia memiliki kemampuan bawaan untuk membaca kelemahan lawannya dan mengeksploitasinya untuk keuntungannya.
Strategi briliannya berperan penting dalam penaklukannya. Strateginya bahkan masih dipelajari dan dikagumi oleh para sarjana militer dan ahli strategi di seluruh dunia.
Salah satu langkah strategis Aleksander yang paling menonjol adalah keputusannya untuk menyerang Kekaisaran Persia. Pada saat itu, Persia adalah kekuatan dominan di wilayah tersebut. Banyak yang percaya bahwa Persia terlalu kuat untuk dikalahkan.
Namun, Aleksander melihat peluang untuk melemahkan kekaisaran dengan menyerang provinsi yang lebih lemah. Ia juga mengganggu jalur pasokannya.
Sang penakluk Makedonia itu meluncurkan serangkaian serangan bak sambaran petir. Ia dengan cepat merebut wilayah dan mengamankan cengkeramannya di wilayah tersebut.
Menggunakan tipuan untuk mengecoh lawan
Aleksander juga ahli taktik dan dia menggunakan pelatihan dan disiplin pasukannya yang unggul dengan sangat efektif.
Dia sering menggunakan tipuan dan serangan pengalihan untuk membingungkan lawan-lawannya. Sebagai pemimpin, Aleksander tidak takut mengambil risiko ketika melihat peluang untuk menang.
Dalam satu pertempuran, misalnya, ia memimpin penyerangan ke pusat tentara Persia, membiarkan sayapnya terbuka.
Lawannya mengambil umpan dan serangan mereka memungkinkan Aleksander mengepung dan mengalahkan mereka.
Mungkin contoh yang paling menonjol dari kecemerlangan taktis Aleksander adalah penggunaan phalanx-nya.
Phalanx Makedonia adalah formasi tombak yang padat yang hampir tak terkalahkan dalam pertempuran jarak dekat.
Aleksander menggunakan formasi ini dengan sangat efektif. Ia sering menggunakannya untuk menerobos garis musuh dan kemudian menggunakan kavalerinya untuk mengeksploitasi celah tersebut.
Tidak hanya itu. Penakluk muda itu juga menggunakan berbagai mesin pengepungan, seperti ketapel dan pendobrak, untuk menerobos benteng musuh.
Jadi model bagi kesetiaan prajuritnya
Salah satu kualitas paling luar biasa dari Aleksander Agung adalah karismanya sebagai seorang pemimpin.
Dia memiliki kemampuan bawaan untuk menginspirasi kesetiaan dan pengabdian pada prajuritnya. Hal itu merupakan faktor kunci dalam keberhasilan militernya.
Tentara Aleksander sangat setia kepadanya. Mereka bersedia mengikutinya ke mana saja, bahkan ke pertempuran yang paling berbahaya dan sulit.
Aleksander Agung memiliki bakat untuk pidato yang menginspirasi. Ia mampu menyampaikan visi dan tujuannya kepada tentaranya dengan cara yang memotivasi mereka untuk berjuang untuknya.
Sebagai pemimpin, ia sangat mudah didekati dan dapat diakses oleh tentaranya, serta meluangkan waktu bersama mereka. Termasuk mendengarkan kekhawatiran dan memenuhi kebutuhan para prajuritnya.
Dia dikenal memimpin pasukannya dari depan dan tidak takut mengambil risiko serta menempatkan dirinya dalam bahaya.
Alhasil, ia dikagumi oleh para prajuritnya dan mereka pun terinspirasi untuk meneladaninya.
Karisma Aleksander juga berakar pada pesona dan karisma pribadinya. Bak magnet, Aleksander Agung memiliki cara untuk membuat orang merasa dilihat dan didengar.
Di sisi lain, sang pemimpin juga memiliki kepedulian yang tulus terhadap kesejahteraan prajuritnya.
Pasukan berkualitas
Prajurit Aleksander adalah kekuatan yang tangguh yang terlatih dan disiplin. Mereka dilengkapi dengan senjata dan teknologi terbaru pada masanya.
Prajurit Makedonia didasarkan pada formasi phalanx, didukung oleh infanteri ringan, pemanah, dan kavaleri. Semua itu memberikan mobilitas dan daya tembak tambahan di medan perang.
Aleksander sendiri adalah seorang komandan militer yang terampil yang memahami pentingnya pelatihan dan disiplin. Dia menghabiskan banyak waktu dan upaya untuk memastikan bahwa tentaranya terlatih dengan baik dan siap untuk berperang.
Sebagai pemimpin, Aleksander Agung juga sangat menekankan disiplin. Dia menuntut standar perilaku tertinggi dari prajuritnya. Jika gagal memenuhi standar, ia tidak takut untuk menghukum para prajuritnya.
Faktor lain yang berkontribusi pada keberhasilan pasukan Aleksander adalah mobilitasnya. Aleksander Agung dikenal karena penggunaan kavalerinya, yang memberi pasukannya tingkat mobilitas yang tak tertandingi oleh lawan-lawannya.
Meski berprestasi, kita harus mengakui bahwa Aleksander Agung juga merupakan seorang pemimpin berdarah dan kejam. Ia bertanggung jawab atas kematian ribuan orang.
Karena itu, selain mengagumi, kita juga harus melihat sisi gelap dari penaklukannya.
Penaklukan Aleksander bukan tanpa konsekuensi negatif. Faktanya, serangan militernya sering mengakibatkan kehancuran budaya dan penindasan terhadap orang-orang yang ditaklukkan.
Hal ini menjadi pengingat bahwa penaklukan militer seringkali disertai dengan kekerasan, pemindahan, dan perusakan budaya.
Aleksander Agung adalah salah satu pemimpin militer terbesar dalam sejarah. Prestasinya masih dipelajari dan dikagumi hingga saat ini.
Dia menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal hanya dalam 13 tahun, tanpa pernah mengalami kekalahan besar.
Kejeniusan militer Aleksander adalah hasil dari kecemerlangan strategis dan taktisnya, kepemimpinannya yang karismatik, dan pasukannya yang terlatih dan disiplin.
Dia adalah ahli perang sejati dan warisannya akan terus menginspirasi generasi pemimpin militer yang akan datang.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR