Nationalgeographic.co.id—Hasil studi baru tim peneliti internasional mengungkapkan bahwa pelayan Machu Picchu ternyata berasal dari negeri taklukan Kekaisaran Inca. Dalam studi ini mereka menganalisis DNA kuno dari sisa-sisa manusia yang terkubur di Machu Picchu.
Riset tersebut menemukan bahwa pria dan wanita yang melayani bangsawan Kekaisaran Inca di Machu Picchu bukanlah penduduk setempat. Mereka datang dari negeri jauh yang telah ditaklukkan oleh kekaisaran Inca.
Tim peneliti internasional menganalisis DNA kuno lebih dari 30 orang yang dimakamkan di Machu Picchu. Sisa-sisa manusia itu kemungkinan adalah pelayan elite Kekaisaran Inca.
Peneliti kemudian membandingkan data genetik dengan DNA kuno dari sisa-sisa manusia purba lainnya dan orang-orang modern dari wilayah tersebut.
Hasilnya mengungkapkan bahwa para pelayan berasal dari seluruh dataran tinggi Andes, serta dari sepanjang pantai Peru.
Hasil penelitian itu telah diterbitkan belum lama ini dalam makalah di jurnal Science Advances. Makalah tersebut dipublikasikan dengan judul "Insights into the genetic histories and lifeways of Machu Picchu’s occupants".
Siapa yang tinggal di Machu Picchu?
Orang Inca menguasai wilayah Andean di Amerika Selatan dari awal abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16, ketika Spanyol menggulingkan Kekaisaran Inca.
Lebih dari seabad sebelum invasi Spanyol, orang Inca membangun sebuah istana besar di pegunungan Peru selatan. Istana itu kemungkinan besar untuk Kaisar Inca Pachacuti, yang memerintah dari tahun 1438 hingga 1471.
Namun sedikit yang diketahui tentang asal-usul dan kehidupan para pelayan yang memerintah perkebunan Machu Picchu.
Sekitar 750 orang tinggal di Machu Picchu selama musim puncak antara Mei dan Oktober. Mereka yang tinggal termasuk kaisar, anggota keluarga kekaisaran Inca lainnya, serta tamu dan pelayan tetap.
Menurut penelitian tersebut, banyak bangsawan dilayani oleh pria yang dikenal sebagai "yanacona", yang bukan orang Inca. Sebaliknya, mereka sering diambil dari tanah yang ditaklukkan dan dipersembahkan sebagai hadiah kepada kaisar.
Source | : | Live Science,Science Advances |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR