Nationalgeographic.co.id – Byakkotai yang berarti "Brigade Harimau Putih" adalah salah satu dari empat unit yang diorganisir oleh Domain Aizu setelah Pertempuran Toba-Fushimi pada Maret 1868. Pasukan ini terdiri atas beberapa ratus pemuda yang merupakan putra para samurai di Kekaisaran Jepang.
Klan Aizu dari Matsudaira (bagian dari klan Hoshina) yang membentuk pasukan ini terkait erat dengan Tokugawa dan melawan pasukan pro-kekaisaran yang dipimpin oleh Aliansi Satsuma-Chōshū dalam Perang Boshin. Aizu tidak terlalu menentang restorasi Kekaisaran Jepang, tetapi melawan kudeta oleh Domain Satsuma dan Chōshū.
Dalam proses modernisasi militernya, Domain Aizu membentuk empat unit, masing-masing dinamai dewa dari empat arah kompas. Salah satunya adalah Byakkotai yang berarti "Brigade Harimau Putih" atau "Barat".
Dulunya, Byakkotai merupakan unit cadangan yang terdiri dari lebih dari 300 putra samurai domain. Mereka dibagi menjadi pangkat atas (shichū), menengah (yoriai), dan bawah (ashigaru).
Terlepas dari dorongan Aizu untuk memodernisasi militernya, Byakkotai dan unit-unit lain yang tersisa di Aizu untuk mempertahankan domain, lebih lemah daripada pasukan Satsuma dan Chōshū dalam jumlah maupun persenjataan. Karena sebagian besar pasukan Aizu bertempur bersama Aliansi Utara (Ōuetsu Reppan Dōmei) di selatan dan barat laut domain, hanya sekitar 3.000 tentara yang siap untuk mempertahankan kota dan kastel.
Pada bulan Oktober 1868, Aizu telah ditinggalkan oleh domain utara lainnya. Di sisi lain pasukan pro-kekaisaran telah mengepung Kastel Tsuruga.
Selama hari-hari pengepungan, satu unit kecil Byakkotai terpisah dari pasukan Aizu. Unit ini terdiri atas dua puluh anggota regu shichū kedua. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga samurai berpangkat tinggi, berusia enam belas hingga tujuh belas tahun, yang melarikan diri ke Gunung Iimori melalui terowongan kecil.
Ketika mereka melihat asap dan api keluar dari Kastel Tsuruga, mereka mengira kastel itu telah jatuh dan memutuskan untuk bunuh diri. Faktanya, kastel tersebut tidak jatuh, tetapi diselimuti kepulan asap dari bangunan lain yang terbakar.
Jarak antara tempat para pasukan Byakkotai melarikan diri dari kastel tersebut adalah sekitar 2,8 kilometer. Jadi, para anak laki-laki itu tampaknya salah sangka sehingga telanjur memutuskan untuk melakukan seppuku (bunuh diri).
Salah satu dari dua puluh Byakkotai muda, Iinuma Sadakichi, selamat dari percobaan bunuh diri. Dia ditemukan oleh seorang istri samurai dan diselamatkan.
Sadakichi baru berusia empat belas tahun dan berbohong tentang usianya ketika dia mendaftar. Berkat dia, kisah pengorbanan anak laki-laki itu diketahui publik.
Menurut catatannya, telah terjadi ketidaksepakatan yang cukup besar di antara para anggota Byakkotai tentang apakah akan melanjutkan perang melawan musuh atau bunuh diri. Dia menyesal menjadi satu-satunya yang selamat dari unitnya sepanjang hidupnya.
Dikutip dari Japan Reference, berikut ini adalah daftar nama sembilan belas anggota Byakkotai yang bunuh diri di Gunung Iimori: Adachi Tōzaburō, Aruga Orinosuke,
Hayashi Yasoji, Ibuka Shigetarō, Ikegami Shintarō, Ishida Wasuke, Ishiyama Toranosuke, Itō Teijirō, Itō Toshihiko, Mase Genshichirō, Nagase Yūji, Nishikawa Katsutarō, Nomura Komashiro, Shinoda Gisaburō (komandan), Suzuki Genkichi, Tsuda Sutezō, Tsugawa Kiyomi, Yanase Katsuzaburō, dan Yanase Takeji.
Iinuma Sadakichi (1854-1931) selamat dari percobaan bunuh diri. Berkat dia, tragedi anggota muda Byakkotai terungkap.
Dia kemudian bekerja sebagai insinyur telegraf, bertempur di Perang Tiongkok-Jepang tahun 1894 sebagai kapten di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, dan kemudian bertugas di Kementerian Komunikasi.
Yang lebih tragis dari kisah Byakkotai adalah nasib anggota keluarga Aizu, kebanyakan wanita dan anak-anak samurai yang melawan pasukan penyerang Satsuma-Chōshū. Karena tidak mau menjadi beban bagi suami dan ayah mereka di medan perang, mereka memilih mengakhiri hidup mereka lewat ritual pengeluaran isi perut tersebut daripada jatuh ke tangan musuh.
Source | : | Japan Rerefence |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR