Nationalgeographic.co.id—Meski tak bergelar bangsawan, orang Inggris dan Singapura memanggilnya dengan panggilan kehormatan, Sir. Orang yang hatinya tertambat di Tanah Jawa, dialah Thomas Raffles.
Dalam catatan sejarah kolonial, Raffles telah meninggalkan banyak nama ilmiah untuk ragam kekayaan flora dan fauna di Nusantara. Sejatinya, "Raffles tidak pernah lahir di lingkungan istana," tulis Syafruddin Azhar.
Ia menulis sebuah pengantar dalam buku fenomenal gubahan Thomas Stamford Raffles, berjudul The History of Java yang dialih bahasakan ke Bahasa Indonesia, dan diterbitkan penerbit Narasi pada tahun 2014.
"Bayi yang diberi nama Thomas Raffles ini lahir nun jauh di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781," imbuhnya. Benjamin Raffles yang merupakan ayah dari Thomas Raffles, semula hanyalah koki kapal.
Ayahnya Raffles mulanya bukanlah seorang yang punya banyak uang. Untuk pendidikan Raffles sendiri, ayahnya hanya mengeluarkan sedikit uang untuk mengirim Raffles muda ke Mansion House Academy, Hammersmith, sekolah berasrama dengan harga terjangkau.
Sekolah tersebut menawarkan kurikulum bahasa Latin, Yunani, Prancis, aritmatika, pembukuan, dan geografi, yang khusus mempersiapkan seorang anak laki-laki untuk menjadi juru tulis atau tentara kelak.
Lama berselang, ia naik pangkat jadi kapten. Meski sempat promosi, setelahnya, keluarga Benjamin Raffles diterjang krisis ekonomi yang memaksa Thomas Raffles muda untuk bekerja, membantu perekonomian keluarganya.
Diketahui, ketika Benjamin memutuskan untuk mengakhiri karirnya dalam perdagangan Hindia Barat, hal itu menyebabkan kesulitan ekonomi yang signifikan bagi keluarganya.
Di tengah krisis ekonomi keluarganya, Raffles muda beruntung ketika teman ayahnya mengajaknya untuk bekerja di perusahaan Hindia Timur (The East India Company) di tahun 1795. Raffles dibawa untuk memulai perjalanan hidupnya yang berliku.
Berkat pendidikan formal yang cukup menunjangnya untuk bekerja di EIC, pemuda yang baru berusia 14 tahun itu mulai bekerja dengan tekun sambil menunjukkan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Sejak awal karirnya di perusahaan itu, "Raffles menunjukkan integritas kerja yang tinggi. Barangkali ia pemuda yang mau belajar, beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, serta kedisiplinan dan keuletannya mendorongnya melaju," terusnya.
Source | : | The History of Java (1817) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR