Di koloni Yunani di Laut Hitam ini, ada sebuah kuil yang didedikasikan untuk dewa Semit Ea, yang dikenal sebagai Sar-Apsi (Penguasa Kedalaman).
Kemiripan nama Sarapsi dan Osorapis (dari Osiris dan Api) yang populer di Memphis, pasti mendorong Ptolemy I untuk memilih ini sebagai nama dewa barunya.
Di sini, dewa dipuja di atas bukit bernama Sen-Hapi, diterjemahkan sebagai Sinope dalam bahasa Yunani. Patungnya disimpan di sini di Asia Kecil, dan sebuah kuil didirikan di Aleksandria.
Penyebaran kultus Dewa Serapis yang menguasai segalanya ini merupakan kompromi yang dapat diterima untuk kota multietnis Aleksandria, ibu kota pemerintahan Ptolemeus.
Akan tetapi, keberhasilan dewa baru ini tidak langsung, namun menyebar melalui Mediterania. Kemudian segera mencapai Kekaisaran Romawi bersama dengan kultus Isis, membuat kedua dewa tersebut juga populer di kalangan orang Romawi.
Setelah Kekristenan menjadi kultus kekaisaran, para penyembah berhala terus memuja Serapi dan Isis. Sehingga kedua sosok itu menjadi mirip dengan identitas Kristus dan Perawan Maria.
Karena alasan ini, Senat tidak memandangnya dengan sangat positif, karena dipandang sebagai sesuatu yang mirip dengan fundamentalisme agama. Di kekaisaran Romawi, pengikut sering diinisiasi secara rahasia, dan terutama misteri Dewi Isis.
Di seluruh kekaisaran Romawi, kultus itu pada akhirnya dilihat dengan ketidakpercayaan tetapi diterima sepenuhnya. Di Roma saja, ada sekitar sembilan kuil yang didedikasikan untuk Isis dan Serapis.
Berkat politik agama Ptolemeus, kultus terus tumbuh dan menyebar, menggantikan dewa-dewa utama Mesir seperti Osiris dan Anubis. Keyakinan itu terus bergabung dengan jajaran Yunani-Mesir bersama Harpocrates, inkarnasi Horus.
Dewa Serapis dan Isis akhirnya tidak hanya menyerap identitas Kristus dan Perawan Maria. Namun juga menyerap beberapa dewa Mesir dan Yunani yang berbeda, termasuk Helios, Dionysus, Hades, dan Zeus.
Kultus pelengkap Isis dan Serapis tetap sangat populer di kalangan orang Mesir, Romawi, dan Yunani hingga sekitar abad ke-3 M.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR