Orang Mesir Kuno mengaplikasikannya dengan membasahi kohl, seringkali mereka membasahinya menggunakan air liur, dan melapisi kohl dengan garis di sekitar kelopak mata atas dan bawah.
Menjadi bencana seiring berjalannya waktu, paparan timbal perlahan akan menjadi racun. Keracunan timbal bukanlah pembunuh instan, tetapi terakumulasi dari waktu ke waktu, bahkan puluhan tahun.
Penggunaan kohl yang terkontaminasi timbal telah dikaitkan dengan peningkatan kadar timbal dalam aliran darah, menempatkan penggunanya pada risiko keracunan timbal yang dapat mengganggu kesehatannya.
Keracunan timbal yang diakibatkan dari penggunaan kohl, dapat menyebabkan kekurangan memori, nyeri sendi dan otot, anemia, sakit kepala, dan pada tingkat tinggi, bisa berakibat fatal: menyebabkan kematian.
Anemia akibat keracunan timbal menjadi perhatian khusus di negara-negara Timur Tengah dan Asia Selatan, di mana bentuk lain dari anemia lazim, termasuk anemia defisiensi besi (akibat malnutrisi) dan hemoglobinopati (anemia sel sabit, thalassemia).
"Timbal beracun yang digunakan dalam kohl memang tidak memberikan dampak secara langsung, tetapi orang Mesir tidak menyadari efek kesehatan yang buruk jangka panjangnya," sambung Aimee Heidelberg dalam artikel gubahannya.
Sekelompok peneliti di Cina mencoba untuk menemukan beberapa dasar ilmiah dari sifat timbal sulfida (galena). Timbal yang diklaim ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari ketika diterapkan ke mata dalam bentuk eye liner kohl.
Dorongan untuk menghilangkan timbal dari kohl dipicu oleh penelitian yang dilakukan pada awal 1990-an tentang peracikan kohl yang menemukan kontaminan tingkat tinggi, termasuk timbal.
Kohl dengan bahan timbal beracun memang berhasil menghasilkan efek kosmetik yang diinginkan, tak heran penggunaan kohl menjadi sangat umum digunakan. Dari sana, para ilmuwan Prancis menemukan timbal dalam sampel lima puluh dua stoples kohl Mesir kuno.
Selain di Mesir Kuno, kohl eye liner mewarisi sejarah fesyen di bagian dunia lainnya. Penggunaan kohl juga diterapkan di beberapa bagian Afrika Barat oleh suku Fulani, suku Hausa, dan suku Tuareg.
Selain itu, khasiat, estetika dan keindahannya juga turut digunakan oleh suku Wolof, Mandinka, Soninke, Dagomba, Kanuri, dan penduduk mayoritas Muslim lainnya di wilayah Sahel dan Sahara.
Hari ini, di Amerika Serikat, kohl tidak termasuk dalam daftar aditif warna yang disetujui oleh Food and Drug Administration, yang menganggap kohl tidak aman untuk digunakan karena potensi kandungan timbalnya.
Namun, kohl eye liner telah mencatat seni keindahan dalam sejarah fesyen sehingga menjadi salah satu tren di dunia modern. Meskipun, banyak masyarakat kuno yang harus mengalami risiko besar hingga kematian akibat kohl.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR