Nationalgeographic.co.id—Misi Iwakura adalah perjalanan diplomatik Kekaisaran Jepang pergi ke Amerika Serikat dan Eropa.
Pada bulan Agustus 1871, pemerintahan Meiji yang baru menghapus domain tradisional Jepang, menggantikannya dengan prefektur di bawah otoritas terpusat.
Setelah 260 tahun Keshogunan Tokugawa, merupakan transformasi besar untuk membongkar sistem feodal Jepang. Iwakura Tomomi, Kido Takayoshi, dan Ōkubo Toshimichi melakukan perjalanan selama 18 bulan untuk mengamati kondisi di Amerika Serikat dan Eropa.
Iwakura memimpin misi didukung oleh Kido dan Ōkubo. Perjalanan tersebut adalah waktu yang luar biasa bagi para pemimpin negara untuk bepergian ke luar negeri untuk membangun negara masa depan.
Misi tersebut terdiri dari sekitar 50 anggota, termasuk Itō Hirobumi dan lainnya yang akan menjadi elit baru Jepang, dan didampingi oleh 50 siswa. Tujuannya adalah untuk menyatukan apa yang telah dipelajari dari misi lain di masa keshogunan oleh para pemikir seperti Fukuzawa Yukichi dan Shibusawa Eiichi.
Mungkin jika para pemimpin negara baru tidak memiliki kekuatan untuk segera mewujudkan rencana mereka, pelayaran itu tidak akan terjadi.
Wawasan dan pengalaman yang diperoleh para delegasi selama perjalanan mereka memainkan peran penting dalam membentuk upaya modernisasi Jepang.
Temuan misi tersebut menginformasikan perkembangan berbagai kebijakan dan reformasi di bidang-bidang seperti pendidikan, militer, industri, dan infrastruktur, yang memungkinkan Kekaisaran Jepang mengejar ketertinggalan kekuatan Barat dengan cepat.
Misi Iwakura menyoroti pentingnya sistem pendidikan yang kuat, dan sebagai hasilnya, Jepang banyak berinvestasi dalam reformasi pendidikan. Pemerintah Jepang mendirikan Kementerian Pendidikan, meniru sistem Barat, dan memperkenalkan pendidikan wajib untuk membina penduduk yang terpelajar dan terampil.
Banyak pelajar Jepang juga dikirim ke luar negeri untuk belajar dan memperoleh pengetahuan khusus di berbagai bidang, yang selanjutnya berkontribusi pada modernisasi Jepang.
Kemajuan Militer dan Industri
Pengamatan misi terhadap organisasi dan pelatihan militer Barat menyebabkan reformasi yang signifikan dalam angkatan bersenjata Jepang. Jepang mengadopsi taktik, seragam, dan persenjataan militer gaya Barat, yang pada akhirnya membangun tentara dan angkatan laut modern yang tangguh.
Selain itu, pemerintah Jepang mendukung pertumbuhan industri dalam negeri, dengan fokus khusus pada pembuatan kapal, tekstil, dan produksi baja. Upaya ini meletakkan dasar bagi kebangkitan Jepang sebagai kekuatan industri.
Misi Iwakura memungkinkan Jepang untuk membangun dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat, menumbuhkan niat baik dan saling pengertian.
Meskipun misi tersebut tidak dapat merundingkan kembali perjanjian yang tidak setara selama perjalanan mereka, hubungan yang mereka bangun dan pelajaran uang dipelajari dalam diplomasi nantinya terbukti berperan penting dalam upaya Jepang untuk merevisi perjanjian ini dan menegaskan dirinya sebagai kekuatan utama di panggung dunia.
Permusuhan dan Kontroversi
Misi Iwakura memberikan kontribusi yang signifikan terhadap modernisasi Jepang dan kebangkitan negara tersebut sebagai kekuatan global, misi ini bukannya tanpa tantangan dan kontroversi.
Saat itu, tidak semua orang di Jepang mendukung misi atau tujuannya. Beberapa faksi konservatif di dalam negeri, khususnya kelas samurai, menolak modernisasi yang cepat dan adopsi ide dan teknologi Barat.
Mereka takut menerima Westernisasi akan merusak budaya dan nilai-nilai tradisional Jepang.
Selain itu, ketidakhadiran tokoh politik utama selama misi tersebut, termasuk Tomomi Iwakura dan Hirobumi Ito, menyebabkan kekosongan kekuasaan di pemerintahan Jepang. Hal ini menyebabkan pergolakan dan ketidakstabilan internal, dengan faksi-faksi yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh dan kendali.
Perdebatan Seikanron, sebuah isu kontroversial mengenai apakah Jepang harus menginvasi Korea, semakin intensif selama ketidakhadiran misi tersebut, semakin menyoroti tantangan politik yang dihadapi negara tersebut selama periode ini.
Salah satu tujuan utama Misi Iwakura adalah untuk merundingkan kembali perjanjian yang tidak seimbang yang telah ditandatangani dengan negara-negara Barat.
Namun, para delegasi tidak dapat membuat kemajuan yang signifikan di bidang ini selama perjalanan mereka. Kekuatan Barat enggan untuk merevisi perjanjian tersebut, dan upaya diplomatik Jepang terhalang oleh kurangnya posisi internasional negara tersebut pada saat itu.
Butuh beberapa tahun lagi upaya diplomatik dan kekuatan Jepang yang tumbuh sebagai negara modern sebelum perjanjian yang tidak setara akhirnya direvisi.
Akhirnya, ketika Jepang dengan cepat memodernisasi dan mengadopsi ide, teknologi, dan institusi Barat, tantangan untuk melestarikan identitas budayanya menjadi semakin mendesak.
Proses westernisasi memicu perdebatan dan diskusi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara merangkul kemajuan dan melestarikan tradisi dan warisan unik Jepang.
Warisan Misi Iwakura
Pengaruh dan dampak misi tersebut dapat dirasakan dalam berbagai aspek masyarakat Jepang, politik, dan hubungan luar negeri.
Pertama, memainkan peran penting dalam mempercepat upaya modernisasi Jepang dengan memberikan wawasan berharga dan pelajaran dari Barat.
Pengamatan dan pengalaman delegasi secara langsung mempengaruhi perkembangan kebijakan dan reformasi di berbagai bidang seperti pendidikan, militer, industri, dan infrastruktur.
Upaya ini memungkinkan Kekaisaran Jepang dengan cepat mengejar kekuatan Barat dan mengubah dirinya menjadi negara industri modern.
Misi tersebut juga membantu membangun dan memperkuat hubungan diplomatik antara Jepang dan negara-negara Barat. Hubungan yang dibangun selama misi meletakkan dasar untuk kerjasama masa depan, saling pengertian, dan menghormati antara Jepang dan Barat.
Koneksi ini terbukti sangat berharga di tahun-tahun berikutnya karena Jepang berusaha merevisi perjanjian yang tidak setara dan menegaskan dirinya sebagai pemain utama di panggung dunia.
Penekanan Misi Iwakura pada pendidikan dan pentingnya mengirim siswa Jepang ke luar negeri untuk belajar berkontribusi pada pengembangan tenaga kerja yang sangat terampil dan berpendidikan di Jepang.
Investasi dalam sumber daya manusia ini memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan industri dan kemajuan teknologi Jepang.
Misi Iwakura tidak hanya membantu membangun hubungan diplomatik tetapi juga berfungsi sebagai model inisiatif diplomatik Jepang di masa depan. Misi tersebut menunjukkan pentingnya terlibat dengan negara lain dan belajar dari pengalaman mereka untuk menginformasikan perkembangan Jepang sendiri.
Source | : | britannica,nippon.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR