Pada 1960-an dan 70-an, penduduk setempat membuat lubang di tanah menggunakan beliung dan bahan peledak. Saat ini, mereka menggunakan alat-alat galian industri, meski pengerjaannya terkadang masih dilakukan dengan tangan.
Memotong bongkahan batu yang besar tidak memakan waktu lama karena batu pasir dan batu lanau sangat lunak sehingga dapat digores dengan pisau lipat.
Terkadang renovasi rumah bahkan menghasilkan keuntungan. Seperti misalnya seorang pria menemukan opal senilai 1,5 juta dollar Australia atau sekitar 980.000 dollar Amerika saat memasang pancuran.
Seringkali, orang secara tidak sengaja menggali ke dalam rumah tetangga mereka. Namun, secara umum, bersembunyi memaksimalkan privasi.
Kota Derinkuyu yang hilang
Pada tahun 1963, seorang pria Türkiyen yang tidak disebutkan namanya membawa palu godam ke dinding ruang bawah tanahnya selama renovasi rumahnya di Kapadokia.
Menemukan ayamnya terus menghilang melalui lubang, dia menyelidiki lebih jauh dan menemukan labirin terowongan bawah tanah yang luas. Dia telah menemukan kota Derinkuyu yang hilang.
Kota itu dibangun pada awal 2000 SM, jaringan terowongan 18 lantai mencapai 76 meter di bawah permukaan. Jaringan lubang itu memiliki 15.000 lubang untuk membawa cahaya dan ventilasi ke labirin gereja, istal, gudang, dan rumah yang dibangun untuk menampung sebanyak 20.000 orang .
Derinkuyu diperkirakan digunakan hampir terus menerus selama ribuan tahun sebagai tempat berlindung selama masa perang.
Kota itu tiba-tiba ditinggalkan pada 1920-an menyusul genosida dan pengusiran paksa orang-orang Kristen Ortodoks Yunani dari negara itu.
Sementara suhu luar Kapadokia berkisar antara 0 derajat Celcius di musim dingin dan 30 derajat Celcius di musim panas, suhu kota bawah tanah tetap dingin 13 derajat Celcius.
Ini membuatnya sempurna untuk mengawetkan buah dan sayuran dan menghindari dampak perubahan iklim. Saat ini, beberapa terowongan digunakan untuk menyimpan peti pir, kentang, lemon, jeruk, apel, kol, dan kembang kol.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR