Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Inggris, ada banyak raja yang telah mengambil keputusan yang mengubah bangsanya. Namun hanya sedikit yang memiliki sikap transformatif dan kontroversial seperti Raja Henry VIII. Dia juga dikenal memiliki istri yang banyak.
Pemerintahan Raja Henry VIII ditandai dengan romansa, pemberontakan, dan revolusi agama dalam sejarah Inggris. Lahir pada tahun 1491, Henry pada awalnya tidak ditakdirkan untuk naik takhta. Henry VIII adalah putra kedua Raja Henry VII dan Elizabeth dari York.
Kakak laki-lakinya, Arthur, adalah pewaris takhta Inggris. Secara tradisional, putra sulung akan mewarisi takhta, sedangkan putra bungsu mungkin diberi gelar atau peran lain dalam kerajaan. Oleh karena itu, Henry awalnya tidak diharapkan menjadi raja.
Namun, nasib berkehendak lain. Pada tahun 1509, Henry yang muda dan karismatik naik takhta, menjanjikan pemerintahan yang makmur dan berkuasa.
Pada tahun 1502, Arthur meninggal secara tak terduga, meninggalkan kekosongan dalam garis suksesi. Setelah kematian Arthur, Henry menjadi pewarisnya.
Ketika ayahnya, Henry VII meninggal pada tahun 1509, Henry VIII naik takhta ketika ia berusia 18 tahun. Pada saat penobatannya, ia dipandang sebagai raja muda yang bersemangat dan karismatik, penuh potensi.
Awal Pemerintahannya yang Menjanjikan
Pada tahun-tahun awal pemerintahannya, ia dipandang sebagai seorang raja yang karismatik, atletis, dan terpelajar yang mewujudkan cita-cita kerajaan Renaisans.
Henry dalam sejarah Inggris awalnya sangat bergantung pada penasihatnya, terutama Kardinal Thomas Wolsey, yang menjabat sebagai Lord Chancellor dan secara efektif menjalankan pemerintahan atas nama Henry.
Selama periode ini, Henry terlibat dalam serangkaian manuver politik, membentuk aliansi dan berpartisipasi dalam kampanye militer, seperti Pertempuran Spurs melawan Perancis pada tahun 1513.
Selain itu, ia sangat terlibat dalam kehidupan budaya dan intelektual di istananya, mensponsori seniman, musisi, dan cendekiawan mendorong Renaisans Inggris.
Kehidupan dan Kematian Keenam Istrinya
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR