Kehidupan pernikahan Henry mungkin merupakan aspek yang paling banyak dibicarakan pada masa pemerintahannya dalam sejarah Inggris. Pernikahan pertamanya dengan Catherine dari Aragon tampak serasi, menyatukan Inggris dan Spanyol.
Namun, seiring berlalunya waktu tanpa pewaris laki-laki, mata Henry mengembara. Anne Boleyn, seorang punggawa karismatik, menarik perhatiannya. Kisah cinta mereka kemudian menyebabkan perubahan besar dalam afiliasi keagamaan di Inggris.
Ketika Paus menolak untuk membatalkan pernikahannya dengan Catherine, Henry mengambil tindakan sendiri.
Undang-Undang Supremasi pada tahun 1534 mendeklarasikannya sebagai Kepala Tertinggi Gereja Inggris, menandai dimulainya Reformasi Inggris.
Anne Boleyn, meskipun dia melahirkan calon Ratu Elizabeth I, menemui akhir yang tragis, dieksekusi pada tahun 1536. Dia diikuti oleh Jane Seymour, yang melahirkan Henry seorang putra, Edward VI, tapi dia meninggal tak lama kemudian.
Anne of Cleves, Catherine Howard, dan Catherine Parr, pada gilirannya, akan menjadi ratu, masing-masing meninggalkan jejaknya pada raja dan negara.
Menutup Biara-Biara
Di luar kehidupan cintanya yang penuh gejolak, pada masa pemerintahan Henry, terjadi transformasi keagamaan yang signifikan.
Pembubaran Biara tidak hanya memperkaya kas kerajaan tetapi juga menandakan kemunduran agama Katolik di Inggris. Tanah biara dijual atau diberikan kepada bangsawan setia, mendistribusikan kembali kekayaan dan kekuasaan.
Berdirinya Gereja Inggris bukan sekadar hasil keinginan pribadi Henry. Hal ini merupakan pernyataan kemerdekaan Inggris dari Roma, yang membuka jalan bagi reformasi agama dan konflik lebih lanjut di tahun-tahun mendatang.
Di penghujung masa pemerintahannya, kesehatan fisik dan temperamen Raja Henry VIII mengalami perubahan. Setelah menjadi raja muda yang kuat dan atletis, ia menjadi semakin gemuk dan dirundung serangkaian penyakit, termasuk borok kaki menyakitkan yang tidak pernah sembuh total.
Kesehatannya memburuk disertai dengan perubahan suasana hati dan paranoia. Secara politis, ia terus melakukan sentralisasi kekuasaan dan mengambil peran yang lebih langsung dalam pemerintahan, terutama setelah jatuhnya menteri utamanya, Thomas Cromwell.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR