Nationalgeographic.co.id—Dewi chimera dalam mitologi Yunani digambarkan dengan komposisi mengerikan yang memiliki bagian-bagian berbeda. Dewi chimera dalam mitologi Yunani tampaknya diciptakan sebagai personifikasi ketakutan kuno terhadap perempuan.
Ketakutan terhadap perempuan, sepertinya sama dengan penggambaran banyak dewi mitologi Yunani lainnya. Seperti misalnya Medusa, Lamia, Scylla dan Charybdis yang mengerikan
Dewi Chimera dalam mitologi Yunani, yang direferensikan pada abad ketujuh SM ditampilkan dengan komposisi berbeda. Penggambaran tersebut ditampilkan dalam karya Hesiod berjudul “Theogony” dan muncul dalam Iliad karya Homer.
Dalam mitologi Yunani, Dewi Chimera dibesarkan oleh Araisodarus, ayah dari Atymnius dan Maris. Dewi Chimera digambarkan dengan bagian-bagian berbeda yang mewujudkan ketakutan kuno terhadap perempuan.
Dia adalah seekor singa yang menakutkan di bagian depan, tubuh kambing di tengah (yang mewakili kemampuannya untuk merawat anak), dan berubah menjadi hewan mengerikan lainnya di bagian belakang, yaitu naga atau ular.
Dia tidak hanya menyemburkan api, tapi juga mampu terbang di udara dan menghancurkan kota-kota yang tak berdaya. Secara khusus, dia tampaknya sangat marah terhadap Lycia, sebuah distrik maritim kuno di wilayah barat daya Turki.
Begitulah, sampai seorang laki-laki, pahlawan Bellerophon, berhasil menancapkan tombak berujung timah di tenggorokannya dan mencekiknya sampai mati.
Menariknya, dalam mitologi Yunani, selalu ada sosok laki-laki yang membunuh dewi perempuan atau sosok lain yang seolah-olah mengancam laki-laki atau status quo laki-laki.
Dari semua monster fiksi dalam mitologi Yunani — dan tentunya semua monster wanita — Chimera mungkin memiliki akar terkuat di dunia nyata.
Penggambarannya menjadi subjek artikel belum lama ini oleh jurnalis dan kritikus Jess Zimmerman, yang berpendapat dalam “Women and Other Monsters: Building a New Mythology.”
Bahwa “perempuan adalah monster, dan monster adalah perempuan, dalam cerita-cerita selama berabad-abad karena cerita adalah cara untuk mengkodekan harapan-harapan ini dan menyebarkannya.”
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR