Nationalgeographic.co.id—Aleksander dari Makedonia, lebih dikenal sebagai Aleksander Agung, adalah salah satu penakluk paling terkenal dalam sejarah dunia. Banyak sejarawan, penyair, dan penulis terpesona oleh penaklukannya. Salah satunya adalah invasi Aleksander Agung ke Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Meskipun kebanyakan orang berbicara tentang invasi dan serangan militer, orang jarang mengetahui alasan ia menginvasi Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Di masa lalu, Kekaisaran Persia Akhemeniyah termasuk salah satu kekaisaran terbesar dan terkuat.
Sejarawan Yunani kuno Arrian mengungkapkan bahwa invasi Aleksander Agung ke Persia sebagai tindakan balas dendam atas kesalahan masa lalu. Aleksander menyampaikan hal ini dalam suratnya kepada Darius yang menyatakan:
“Nenek moyang Anda datang ke Makedonia dan seluruh Yunani kuno. Mereka memperlakukan kami dengan buruk. Saya, yang ditunjuk sebagai komandan dan pemimpin Yunani kuno, ingin membalas dendam pada Persia. Menyeberang ke Asia dan menyelesaikan permusuhan dimulai oleh Anda.”
Tapi apakah itu benar-benar tentang balas dendam atau mungkinkah Aleksander mengincar kekayaan yang dikuasai oleh Kekaisaran Persia Akhemeniyah?
Balas dendam atau mengincar kekayaan Kekaisaran Akhemeniyah?
Sejarah mendokumentasikan invasi Aleksander Agung ke Persia karena balas dendam. “Menurut sejarawan, invasi itu sebagai balasan atas Perang Yunani-Persia di masa lalu,” tulis Cam Rea di laman Ancient Pages. Namun, agak aneh jika Aleksander Agung tiba-tiba memutuskan untuk menaiki kudanya dan memimpin pasukannya ke wilayah Persia. Terutama karena perang telah berakhir selama lebih dari 100 tahun sebelumnya.
Namun, ada bagian lain yang diberikan oleh sejarawan Yunani kuno, Arrian. Rupanya, Aleksander memberikan pidato di Opis pada tahun 324 Sebelum Masehi. Saat itu, anak buahnya memberontak untuk kedua kalinya. Dalam pidato, Aleksander Agung pernyataan menarik tentang mengapa ia menyatakan perang terhadap Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Alasannya adalah kekayaan berlimpah yang dimiliki oleh Persia.
“Saya mewarisi dari ayah saya beberapa piala emas dan perak dan kurang dari 60 talenta di perbendaharaan. Raja Philip mempunyai utang sebesar 500 talenta dan saya memiliki utang sebesar 800 talenta lagi.”
Tapi kejadian di masa lalu juga turut menjadi pendorong bagi Aleksander Agung untuk menyerang Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Ayah Aleksander, Philip, telah mengincar Persia dan sedang mempersiapkan pasukan untuk melakukan serangan militer. Namun ia dibunuh sebelum dapat melaksanakan tujuannya.
Dengan kematiannya, Aleksander ditinggalkan dengan pasukan semi-profesional, kekuatan tempur yang dibiayai langsung oleh raja yang telah meninggal.
Agar Aleksander Agung mampu membiayai pasukannya, dia harus membubarkan sebagian pasukannya untuk menghemat uang. “Ia dihadapkan pada dua pilihan,” tambah Rea. Mengambil risiko besar dalam melakukan hal tersebut atau melanjutkan perjalanannya untuk menyelamatkan kerajaannya.
Pada akhirnya, Aleksander Agung memilih untuk menyelamatkan kerajaannya dengan mengorbankan kerajaan lain. Pada dasarnya, Aleksander perlu membayar utangnya dengan menaklukkan dan menginvasi Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Setidaknya itu adalah investasi yang berisiko.
Seperti yang pernah dikatakan oleh intelektual awal abad ke-20 Randolph Bourne, “Perang adalah untuk kelangsungan negara.” Memang benar, karena Aleksander adalah pemimpin dan perang adalah urusannya. Oleh karena itu, balas dendam ternyata bukanlah satu-satunya motivasi Aleksander Agung untuk menyerang dan menginvasi Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
“Sebaliknya, balas dendam hanyalah kedok untuk memperluas sarana politik guna mengisi pundi-pundinya,” Rea menambahkan lagi. Begitu Aleksander mempunyai cukup harta, dan hartanya melimpah, dia bisa melanjutkan perang yang tak henti-hentinya. Bila itu tercapai, seluruh dunia menjadi miliknya.
Peluang untuk memantapkan dominasi Makedonia atas Yunani kuno
Ada peluang bagus untuk berperang dengan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Saat itu, terjadi pergolakan politik di Persia karena perebutan takhta. Pemberontakan internal membuat Persia melemah. Jadi, Aleksander Agung memiliki peluang besar untuk menguasai Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Philip II adalah orang paling berkuasa di Yunani kuno sejak akhir tahun 346 Sebelum Masehi. Ia menuntut agar semua negara kota Yunani harus bersatu di bawah kepemimpinan Makedonia dalam perang melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Kekaisaran Persia Akhemeniyah telah lama menjadi musuh Yunani, yaitu sejak Perang Yunani-Persia. Sisi positif politik dari kemenangan atas musuh lama Yunani kuno akan sangat besar. Kemenangan atas Persia akan memperkuat legitimasi hegemoni Raja Philip atas negara-negara kota Yunani. Hal itulah yang mengawali perang antara Makedonia dan Kekaisaran Persia Akhemeniyah yang kemudian diwarisi oleh Aleksander Agung.
Dalam waktu 12 tahun, Aleksander Agung tidak hanya menaklukkan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Ia juga bergerak ke timur menuju India.
Namun, ketika Alexander menaklukkan sebagian besar Asia, dia tidak pernah berbelok ke barat untuk menaklukkan Romawi dan Italia. Ia meninggal sebelum sempat menguasai Kekaisaran Romawi.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR