Saat itu, alam fisik dan roh dipenuhi dengan entitas jahat. Raja sedang berjuang untuk menertibkan kekacauan tersebut. Raja Yama melihat potensi dalam diri Zhong Kui. Ia percaya Zhong Kui adalah sosok yang tepat untuk mengatasi masalah itu karena kecerdasannya.
Raja Yama mengangkat Zhong Kui sebagai Raja Hantu. Ia diberi tugas untuk memburu dan menangkap setiap roh jahat yang ia temui. Bahkan Zhong Kui bisa memiliki kekuasaan atas hantu yang ditangkapnya.
Asal-usul legenda Zhong Kui dalam mitologi Tiongkok
Beberapa pakar percaya bahwa kisah Zhong Kui tumbuh dari tradisi sebelumnya. Zhao Yi, dalam bukunya Gaiyu Congkao, meyakini bahwa Ma Rong, dari Dinasti Han, mencatat legenda pertama Zhong Kui.
Takut akan roh jahat, orang-orang menyematkan bunga Zhong Kui ke pakaian mereka. Masyarakat di Tiongkok kuno percaya bunga itu akan mengusir kekuatan gelap. Bunga itu juga digiling untuk dibakar selama ritual pengusiran setan di kuil.
Dipercaya bahwa selama ratusan tahun, tradisi penggunaan bunga untuk mengusir roh jahat melahirkan legenda pemburu hantu.
Legenda Zhong Kui bertahan lama dalam mitologi Tiongkok
Zhong Kui masih diakui sebagai dewa yang kuat dalam sistem kepercayaan Tiongkok. Penggambaran Zhong Kui dapat ditemukan di banyak tempat usaha dan rumah di seluruh Asia. Di zaman modern, pemburu hantu itu diyakini masih aktif dalam mengusir entitas jahat.
Di Kyoto, representasi raja hantu digantung di atap rumah dan digantung.
Selama perayaan Tahun Baru Imlek, Zhong Kui dipanggil untuk menjaga rumah dan keluarga. Bahkan Zhong Kui dipercaya dapat melindungi keluarga dari hantu leluhur yang marah. Zhong Kui juga merupakan tokoh populer dalam seni lukis dan seni modern. Ia pun muncul dalam opera, program televisi, film, dan yang terbaru, video gim.
Kisah Zhong Kui, pemburu iblis Tiongkok, masih diceritakan di kalangan masyarakat Asia. Ia adalah pahlawan mitologi Tiongkok yang populer sejak zaman Dinasti Tang. Raja hantu dalam mitologi Tiongkok ini masih diyakini secara aktif melindungi orang-orang yang menghormatinya hingga saat ini.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR