Begitu juga dengan Dodge dengan ide gilanya, ia dengan cepat membakar semak di sekelilingnya. Menurutnya, itu jadi cara jitu agar api tak menyambar dirinya. Sayang, instruksinya tak digubris oleh para anggota kru.
Dalam buku Adam Grant berjudul Think Again: The Power of Knowing What You Don't Know (2021), disebutkan bahwa seluruh kru malah berlari ke ujung puncak gunung dengan kepanikan. Mereka tidak berpikir untuk bergabung bersama Dodge dan ide gilanya itu.
Terbukti, sesaat api menghampiri Dodge, ia bertiarap sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan yang dibasahi agar tetap bisa bernafas. Api dan kepulan panas begitu saja melewatinya tanpa membakar tubuhnya, malahan terus mengejar para kru sampai ke puncak.
Seluruh kru berlari dan dua kru smokejumper—Bob Sallee dan Walter Rumsey, berlari paling cepat ke dataran tinggi yang aman dari jangkauan api. Nahas, beberapa kru yang tertinggal di belakang, mati-matian menyelamatkan diri dari kejaran si jago merah.
Tertulis dalam buku Normann Maclean, pada pukul 17.56 waktu Montana, semua kru yang tertinggal, tersambar dan dilalap habis. Sejarah kebakaran raksasa ini telah merenggut belasan kru pemadam yang dikenal dengan smokejumper.
"Jam di tangan Harrison (penjaga hutan) menunjukkan pukul 17.56 dan membeku sampai hari ini, menandakan kobaran api yang sangat panas telah membekukan arlojinya," sambung Maclean. Sang mahasiswa magang penjaga hutan juga turut tewas dengan tragis.
Dalam sejarah kebakaran ini, tercatat sekitar tiga belas petugas pemadam kebakaran tewas, dengan sebelas tewas dalam kebakaran itu sendiri dan dua yang menderita luka bakar yang fatal dan akhirnya dinyatakan tewas.
Hanya tiga dari enam belas yang selamat. Kisah ini kemudian diabadikan oleh Normann Maclean dalam bukunya, begitu juga menandai lahirnya lagu daerah berjudul Cold Missouri Waters yang terinspirasi dari Young Men and Fire (1992).
"Adapun tiga belas salib didirikan untuk menandai lokasi di mana tiga belas petugas pemadam kebakaran yang tewas saat memadamkan api Mann Gulch jatuh," pungkas Laura Hayden.
Source | : | Forest History Society |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR