Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, para dewa tinggal di puncak tertinggi Gunung Olympus. Secara umum, rumah para dewa mirip dengan istana para penguasa kaya di Yunani, tapi di manakah sebenarnya rumah mereka?
Gunung Olympus bukan hanya rumah para dewa dalam mitologi Yunani. Tapi juga merupakan tempat nyata di Yunani. Olympus adalah gunung terbesar di negara modern Yunani. Terletak di pegunungan dengan nama yang sama yang membentang di sepanjang perbatasan wilayah Yunani Thessaly dan negara Makedonia.
Gunung Olympus dianggap sebagai gunung tunggal, tetapi memiliki lebih dari lima puluh puncak. Para dewa Yunani disebut bermukim di tempat tertinggi, Mytikas. Dengan ketinggian lebih dari 2.900 meter, Mytikas adalah salah satu puncak tertinggi di benua Eropa.
Beberapa sumber menyatakan bahwa para dewa memiliki istana yang tersebar di puncak Olympus. Tempat tertinggi hanya diperuntukkan bagi Zeus, yang mempertahankan takhtanya di sana.
Sebagai gunung tertinggi di wilayah tersebut, mereka dapat melihat dunia manusia namun hampir seluruhnya tidak dapat diakses oleh manusia.
Olympus dijelaskan dalam Iliad karya Homer. Pada dasarnya adalah sebuah akropolis kuno, kompleks istana dan puncak bukit yang dibentengi.
Gerbang emas benteng surgawi dijaga oleh tiga Horai (Horae) dan berisi istana Zeus. Bangunannya terbuat dari batu dengan fondasi perunggu dan dikelilingi halaman tertutup dengan trotoar emas.
Struktur utamanya adalah istana Zeus. Tata letaknya cukup sederhana seperti istana Yunani kuno-dengan aula tengah, kamar tidur pribadi, dan ruang penyimpanan. Aula berlantai emas berfungsi sebagai ruang dewan dan ruang pesta bagi para dewa Olympian dan memberi mereka pemandangan dunia bawah yang luas sehingga memungkinkan mereka mengamati umat manusia dari ketinggian.
Di depan istana Zeus terdapat halaman besar dan tertutup tempat berkumpulnya seluruh dewa-dewa termasuk semua dewa bumi, sungai, dan laut serta nimfa.
Puncak Olympus berfungsi sebagai kursi kedua atau takhta Zeus, terpisah dari dewa-dewa lainnya. Akropolis Olympus terletak di atas awan dan jalur bintang, dekat puncak kubah perunggu kokoh di langit. Itu ada di zona yang dikenal sebagai aither - udara atas surga yang cerah atau langit biru yang bersinar.
Para dewa berpesta dengan ambrosia dan nektar, zat yang dikumpulkan dari padang rumput sungai Okeanos yang mengelilingi bumi atau asap persembahan kurban yang melayang ke surga.
Seiring berkembangnya agama Yunani, para dewa mulai dianggap semakin asing bagi masyarakat di wilayah tersebut. Bahkan sesama orang Yunani pun tidak lagi sedekat dulu.
Ketika kisah para dewa Olympian pertama kali berkembang, Gunung Olympus telah menjadi landmark yang mudah dikenali oleh orang-orang yang mendengar kisah tersebut. Namun, bagi penjajah Yunani di Anatolia, Afrika Utara dan Italia, gunung Yunani bahkan lebih terpencil daripada daratan eksotik dalam banyak legenda.
Puncak Gunung Olympus masih terlalu tinggi dan terjal untuk didaki oleh siapa pun. Dengan semakin luasnya wilayah pegunungan di negara-negara lain dan meningkatnya perdagangan dengan negara-negara di luar wilayah pegunungan Olympus, gunung tersebut tampak tidak begitu luar biasa dibandingkan dengan wilayah sebelumnya, yaitu masyarakat yang lebih terisolasi.
Gagasan Yunani tentang rumah para dewa semakin tersingkir dari dunia fisik. Pada akhirnya, tempat ini hampir menjadi tempat suci dan bukannya situs literal di bumi.
Penulis lain mengklaim bahwa Olympus para dewa tidak sama dengan gunung di Yunani utara. Sebaliknya, mereka memiliki akropolis di alam yang tidak terlihat dan sama sekali tidak dapat dijangkau oleh manusia biasa.
Olympus ini berada di atas awan dan jalur bintang. Letaknya sangat jauh dari permukaan tanah sehingga sebagian besar dewa bahkan tidak dapat melihat dengan jelas dunia di bawah mereka dari akropolisnya.
Olympus berada di alam ether, udara biru cerah di langit atas. Beberapa penulis mengatakan bahwa kubah itu berada di puncak kubah langit, begitu tinggi sehingga para dewa hampir bisa menyentuh kubah perunggu dari atap rumah mereka.
Meskipun rumah para dewa masih memiliki nama yang sama dengan gunung, secara umum gunung tersebut dipahami sebagai alam yang terpisah.
Zaman Pahlawan, ketika para dewa secara rutin berinteraksi dengan manusia, diyakini berakhir dengan Perang Troya. Setelah itu, para dewa setuju untuk tidak terlalu mencampuri urusan manusia.
Bagi Homer, zaman ini telah berakhir hanya tiga ratus tahun sebelum kelahirannya. Orang Yunani percaya bahwa hanya beberapa generasi yang memisahkan mereka dari orang-orang yang pernah berhubungan dekat dengan para dewa.
Dengan setiap generasi berturut-turut, periode ini menjadi semakin jauh. Para dewa tampaknya lebih terpisah dari umat manusia daripada saat mereka berada di zaman para pahlawan.
Pemandangan Gunung Olympus sebagai alam yang tidak terlihat, bukan puncak gunung yang terpencil namun terlihat, mencerminkan perubahan pandangan orang-orang Yunani terhadap dewa-dewa mereka seiring berjalannya waktu. Karena dekat dengan umat manusia dalam hal kedekatan, perilaku, dan hubungan, para dewa kemudian dipandang sebagai penghuni dunia yang benar-benar terpisah dan suci.
Source | : | Mythology Source |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR