Nationalgeographic.co.id—Pemujaan dewa bagi bangsa Inca sangat penting karena terkait dengan legitimasi Kekaisaran Inca. Inti adalah dewa matahari, dewa tertinggi pelindung dan penaklukan Kekaisaran Inca dalam Sejarah Peradaban Inca.
Rumahnya yang berlimpah juga menjadi tujuan di kehidupan selanjutnya bagi mereka yang menjalani kehidupan baik di kehidupan ini. Mereka yang terpilih akan mati dan menuju Dewa Inti.
Raja atau penguasa dalam sejarah Peradaban Inca dianggap dewa dan merupakan keturunan Dewa Inti. Mereka keturunan yang masih hidup yang melegitimasi hak pemerintahan dewa Inca.
Patung emas Inti, yang direpresentasikan sebagai anak laki-laki kecil yang sedang duduk dan dikenal sebagai Punchao, disimpan di Kuil Matahari, di kompleks suci Coricancha (Qorikancha) di Cuzco.
Dengan sinar yang menonjol dari kepalanya dan dihiasi perhiasan emas, perut sosok ini digunakan sebagai wadah abu organ vital raja Kekaisaran Inca sebelumnya yang dibakar.
Setiap hari patung tersebut dibawa keluar kuil untuk berjemur di bawah sinar matahari. Setelah penaklukan Spanyol, patung tersebut dipindahkan dan disembunyikan, dan tidak pernah ditemukan lagi hingga saat ini.
Demikian pula, emas yang menutupi bagian luar dan dalam Kuil Matahari, yang seluruhnya berbobot 1.400 kilogram, dibawa pergi oleh penjajah Eropa.
Selain Coricancha, Dewa Inti memiliki kompleks kuil-benteng Sacsahuaman yang didedikasikan untuknya, terletak tepat di luar Cuzco atau ibukota dalam sejarah.
Kesejahteraan raja dan Kekaisaran Inca serta jaminan panen yang baik sepenuhnya berada di tangan Dewa Inti. Dewa tersebut dilayani oleh seorang Pemuka Agama Besar yang berdedikasi.
Tokoh agama itu bernama Villaq Umu, tokoh agama paling senior di dalam sejarah Peradaban Inca, yang dibantu oleh tim pendeta perawan muda, para acllas (juga acyllaconas).
Setiap kota besar dalam sejarah Peradaban Inca memiliki kuil dewa dan sejumlah besar sumber daya didedikasikan untuknya.
Bahkan tanah dan ternak dicadangkan khusus untuk Dewa Inti dan seluruh provinsi dekat Danau Titicaca disisihkan untuknya.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR