Negara kota yang paling kuat adalah Kyiv hingga bangsa Mongol merebut dan menghancurkannya pada tahun 1240.
Di bawah pemerintahan Mongol, kerajaan lain, Keharyapatihan Moskwa (Grand Duchy of Moscow), muncul sebagai pusat budaya, agama, dan militer baru di wilayah tersebut. Moskowlah yang akhirnya menggulingkan bangsa Mongol.
Mereka menggunakan kemenangan tersebut untuk mendirikan kerajaannya sendiri: Ketsaran Rusia.
Kejatuhan Kyiv dan kebangkitan Moskow, dua peristiwa yang menjadi pusat perhatian bangsa Mongol, menempati tempat khusus dalam mitos kehebatan Rusia yang digunakan pemerintahan Vladimir Putin untuk membenarkan invasi mereka ke Ukraina.
Menghadirkan versi masa lalu yang terlalu disederhanakan, Putin menyebut Kyiv sebagai “ibu dari kota-kota Rusia."
Grand Duchy of Moscow bukanlah satu-satunya masyarakat yang tumbuh kuat akibat invasi Mongol ke Eropa.
Setelah selamat dari serangan awal terhadap negaranya, Raja Béla melakukan serangkaian reformasi militer untuk mempersiapkan Hungaria menghadapi kemungkinan serangan di masa depan.
Dia memerintahkan pembangunan benteng di sepanjang sungai Danube, sungai tempat tentaranya berhasil menahan pasukan Mongol selama 10 bulan yang mengesankan.
Dia juga bekerja dengan Knights Hospitaller, sebuah ordo militer Katolik yang didirikan di Yerusalem, untuk membangun kastel di wilayah kerajaan yang paling rentan dan tidak berpenghuni, termasuk Transylvania.
Ketika gerombolan Mongol kembali pada tahun 1285, kuda-kuda mereka bertabrakan dengan tembok benteng Béla yang baru dibangun yang tidak dapat ditembus. Sekali lagi para penyerbu terpaksa meninggalkan perang yang telah mereka mulai, tetapi kali ini mereka pergi untuk selamanya.
Source | : | Big Think |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR