Wilayah yang telah lama disengketakan antara Prusia dan Livonia merupakan tempat perburuan yang sangat membahagiakan, dan para ksatria Teutonik akhirnya memerintah seluruh Prusia.
Ada beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh Prusia di bawah pemerintahan Teutonik, terutama pada tahun 1260 M, dan peperangan yang terjadi berlangsung sangat kejam.
Ada juga kemunduran militer yang serius, terutama yang dialami Rusia di Danau Peipus pada tahun 1242 M. Perintah tersebut juga bukannya tanpa kontroversi.
Kesatria Teutonik menerima tuduhan atas kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani terhadap rekan-rekan seiman.
Ksatria Teutonik dituduh membantai orang-orang Kristen di Livonia, mencemari gereja-gereja sekuler, menghalangi perpindahan agama, dan berdagang dengan orang-orang kafir.
Memang benar, banyak orang kafir di Eropa tengah yang menolak Kristenisasi hanya karena mereka tidak ingin hidup di bawah ancaman para kesatria Teutonik.
Pada tahun 1310 M, Paus melancarkan penyelidikan, tetapi tidak ada hasil, dan ordo tersebut bertahan dari kerusakan reputasinya. Ada juga pengakuan bahwa rumor tersebut disebarkan oleh saingan dan musuh ordo tersebut.
Ordo Teutonik berhasil memperoleh wilayah baru, terutama Danzig dan Pomerania timur pada tahun 1308 M dan Estonia utara pada tahun 1346 M.
Kesatria Teutonik juga mendapatkan kemenangan penting melawan orang-orang Lituania. Tindakan-tindakan luar biasa di Prusia dan Livonia ini kemudian menarik minat bangsawan-bangsawan dari seluruh Eropa, termasuk calon Raja Henry IV dari Inggris (memerintah 1399-1413 M).
Namun, ketika orang Lituania secara resmi masuk Kristen pada tahun 1389 M, cita-cita Perang Salib kehilangan tujuannya.
Setelah itu, menjadi jelas bahwa Ksatria Teutonik lebih tertarik pada politik dan rampasan daripada perpindahan agama seiring dengan berlanjutnya sejarah Perang Salib.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR