"Ada peluang buat pemerintah daerah untuk income," terang Vicky. "Jadi tren pendakian pendek, dan punya peluang atau punya market yang cukup baik." Berbagai gunung yang kini menjadi pilihan alternatif berwisata punya pemandangan 'dramatik' yang punya potensi minat yang tinggi.
Akan tetapi, potensi destinasi wisata gunung baru juga punya potensi ancaman pariwisata masif. Pada akhirnya, punya dampak pada alam, walau minat menjelajahi alam bertumbuh.
Oleh karena itu, dalam ajang Indonesia Mountain Tourism Conference yang diadakan oleh Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia, menaruh perhatian pada pariwisata berkelanjutan.
Dalam ajang tersebut, para pegiat alam dan industri pariwisata berkumpul untuk mempertimbangkan pariwisata berkelanjutan yang harus diterapkan, salah satunya dengan ekowisata.
Dengan pariwsata berkelanjutan, pariwisata pendakian gunung tidak hanya menyajikan lingkungan indah dari ketinggian gunung dan mencegah kerusakan lingkungan. Jatna Supriatna, peneliti konservasi lingkungan dan profesor biologi di Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa pariwisata berkelanjutan punya manfaat bagi wisatawan.
Melalui pariwisata berkelanjutan dengan konsep ekowisata, terdapat wisata minat khusus untuk mengetahui satwa endemik. Ada banyak pencinta satwa liar yang selalu penasaran dengan keberadaan mereka di alam liar.
"Itu makanya kalau sport tourism satu minggu, itu selesai [aktivitasnya di atas gunung], tetapi untuk wildlife seperti burung dan sebagainya, itu akan jauh lebih dari seminggu," kata Jatna. Aktivitas ini menumbuhkan rasa penasaran dan konservasi lingkungan alam sekitar. Di satu sisi, wisatawan bisa lebih lama dalam kunjungan.
Jatna memberi contoh salah satu ekowisata yang sedang terjadi di Gunung Tangkoko, Sulawesi Utara. Di sana, terdapat tarsius, primata terkecil di dunia dan hanya satu-satunya di Indonesia. Tarsius menjadi daya tarik wisatawan, terutama dari luar negeri untuk berkunjung dalam waktu yang lama, demi mengamatinya.
"Mungkin, teman-teman guide ini nanti ada training bahwa ada sesuatu yang sangat menarik di gunung. Tidak lagi hanya sekadar olahraga (hiking), tetapi juga kita betul-betul bisa melebarkan [pemahaman manfaat pariwisata gunung]," lanjutnya.
Dalam pertemuan besar itu, APGI dan Kemenparekraf merumuskan Prinsip Wisata Gunung Indonesia Berkelanjutan. Prinsip tersebut ditandatangani oleh Rahman Mukhlis, Ketua Umum APGI, bersama Itok Parikesit, Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf.
Prinsip yang dirumuskan antara lain berhubungan dengan pengembangan industri pariwisata yang menghargai lingkungan gunung, menerapkan investasi hijau, memberdayakan masyarakat dan menghargai kearifan lokal, dan pengembangan infrastruktur.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR