Keberhasilan Ordo Kesatria Teutonik di Prusia terbukti dengan menjadikannya sebagai negara mereka sendiri (Ordensstaat). Dalam transformasi bertahap mereka menjadi wilayah yang sepenuhnya Jerman yang melembagakan perang dan agama.
Wilayah ini, setidaknya bagi orang luar menjadi lambang budaya Jerman lebih dari wilayah lain pada abad-abad berikutnya.
Meskipun gerakan militer (reisen) sebagian besar dibatasi pada musim dingin ketika rawa-rawa dan danau membeku.
Kesatria Teutonik sangat berhasil memperoleh wilayah baru, terutama Danzig dan Pomerania timur pada tahun 1308. Kemudian Estonia utara pada tahun 1346, yang dibeli dari raja Denmark Valdemar IV (memerintah 1340-1375).
Tanah-tanah baru, sebagian besar adalah pelabuhan dan sepanjang sungai, kemudian dihuni oleh para migran Jerman.
Gereja-gereja dan biara-biara dibangun (terutama oleh Cistercians), dan akuisisi tersebut dipertahankan melalui pembangunan kastil sebagai bagian dari kolonisasi sistematis.
Lituania juga berhasil ditaklukkan. Perjuangan di sana berakhir ketika pangeran agung Jogailo (alias Jogaila) berjanji untuk masuk Kristen bersama rakyatnya pada tahun 1386. Proses yang secara resmi selesai pada tahun 1389.
Pada akhir abad ke-14, karena kurangnya kesatuan politik dan tertinggal dari Kristen barat dalam hal teknologi, sebagian besar wilayah Baltik telah dipaksa masuk Kristen.
Kemunduran Ordo Teutonik
Setelah itu, menjadi jelas bahwa Kesatria Teutonik sebagian besar tertarik pada politik, tanah, dan barang rampasan. Karena perang terus berlanjut dan meluas ke Livonia, Kesatria Teutonik menjadi lebih tertarik dengan harta.
Memang benar, para Ksatria Teutonik sering dituduh membantai orang-orang Kristen, mencemari gereja-gereja sekuler, menghalangi perpindahan agama, dan berdagang dengan penyembah berhala.
Banyak penyembah berhala di Eropa tengah menolak Kristenisasi hanya karena mereka tidak ingin hidup di bawah rezim brutal Ksatria Teutonik.
Megathrust Bisa Meledak Kapan Saja, Tas Ini Bisa Jadi Penentu Hidup dan Mati Anda
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR