Namun dia menolak untuk mundur. Sarjana klasik dan intelektual feminis kulit hitam Shelley Haley menekankan bahwa Medea bangga, sebuah karakteristik yang dianggap maskulin dalam budaya Yunani.
Haley melihat tindakan Medea sebagai cara untuk menegaskan individualitasnya di hadapan ekspektasi masyarakat Yunani.
Medea tidak mau memberi Jason kebebasan untuk memulai hubungan dengan wanita lain, dan dia menegosiasikan suaka dengan persyaratannya sendiri dengan raja Athena.
Menurut Haley, Medea menolak norma budaya Yunani yang menjadikan melahirkan anak sebagai satu-satunya alasan keberadaan perempuan. Medea mencintai anak-anaknya, tapi seperti laki-laki, harga dirinya adalah yang utama.
Komedi dan tragedi
Dalam cara yang lebih lucu, dalam “Lysistrata,” penulis drama Aristophanes membayangkan para wanita Athena memprotes Perang Peloponnesia yang merusak. Di bawah tekanan yang begitu besar, suami mereka segera menyerah dan perdamaian dinegosiasikan dengan Sparta.
Lysistrata, pemimpin perempuan menjelaskan bahwa perempuan menderita dua kali lipat dalam perang, meskipun mereka tidak mempunyai hak untuk ikut serta dalam keputusan berperang.
Pertama-tama mereka menderita karena melahirkan anak dan kemudian melihat mereka diutus sebagai tentara. Mereka juga bisa menjadi janda dan diperbudak, akibat perang.
Terakhir, dalam tragedi terkenal karya Sophocles, Antigone memperjuangkan kesusilaan manusia dalam menghadapi otokrasi.
Ketika saudara laki-laki Antigone, Eteocles dan Polyneices, memperebutkan takhta Thebes dan akhirnya saling membunuh. Raja baru, Creon, memerintahkan agar hanya Eteocles, yang ia anggap sebagai raja yang sah, yang dimakamkan dengan hormat.
Antigone memberontak dan mengatakan bahwa dia harus menjunjung hukum dewa daripada hukum manusia yang kejam dari Creon. Dia menaburkan sedikit debu ke tubuh Polyneices, sebuah isyarat simbolis yang memungkinkan orang yang meninggal untuk melanjutkan ke alam baka.
Antigone mengambil tindakan dengan mengetahui sepenuhnya bahwa Creon akan membunuhnya untuk menegakkan perintahnya. Namun dia siap melakukan pengorbanan terbesar demi keyakinannya.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR