Nationalgeographic.co.id—Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bersama dengan Yayasan Lasem Heritage melibatkan kelompok artisan batik, desainer dan penjahit Lasem membentuk brand Batik asal Lasem bernama Jagad Phoenix yang diresmikan pada 7 September 2023. Program ini merupakan kelanjutan dari program Kartini Bangun Negeri (KABARI) yang telah diinisiasi bersama sejak 2022,
Melalui strategi brand positioning ini, diharapkan Batik Lasem dapat memperkuat posisinya di kancah nasional hingga global. Strategi branding Jagad Phoenix ini merupakan hasil kontemplasi teori Porter’s Five Forces yang dilakukan tim KABARI bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah dan Yayasan Lasem Heritage.
Jagad Phoenix mengusung semangat 5 vitamin C, yakni Culture, Creative, Collaboration, Community, dan Circular Economy. Kekuatan eksplorasi teknik, pewarnaan alami serta penggunaan bahan-bahan berkualitas dengan desain unik terbatas menjadi strength dari brand Jagad Phoenix.
Selain itu, pengembangan desain motif dilakukan melalui padu-padan warisan budaya dan produk terkini yang ramah lingkungan sehingga menyatu dengan prinsip eco green.
Hasil karya Jagad Phoenix melahirkan beragam produk busana/apparell dan home decor yang ditampilkan pada Trunk Show Festival Kalcer Kata Kota Kita Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) Tahun 2023 yang berlangsung di MBloc Space Jakarta selama Oktober 2023.
Rahmat Dwisaputra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, menyatakan, “Apresiasi kami sampaikan terhadap kegiatan Trunk Show Festival Kalcer Kata Kota Kita, karena telah mendukung pelestarian budaya dan industri kreatif. Kedua hal tersebut perlu untuk senantiasa didukung dan didorong perannya dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian ke depan.” Hal ini juga merupakan salah satu bentuk implementasi program Bank Indonesia pengembangan wirausaha kelompok Subsisten.
Keikutsertaan koleksi Jagad Phoenix dalam kegiatan tersebut merupakan bagian dari tahapan uji publik dari program KABARI, yang menampilkan hasil kolaborasi dengan jenama fesyen warna alam Batin—Hayuning Sumbadra atau yang akrab dipanggil Adra dan perupa Arahmaiani.
Keduanya berkarya bersama kelompok kerja Kartini Bangun Negeri dari Rembang sebagai sebuah kelompok kewirausahaan sosial Batik Lasem, yang terdiri dari pemilik rumah batik, desainer lokal, penjahit rumahan yang berjumlah 16 orang.
Melalui masa inkubasi yang penuh kerja keras dan tantangan untuk menghasilkan inovasi baru yang mengkombinasikan motif desain Lasem yg diaplikasikan menjadi fesyen ready to wear yang menarik.
Gagasan ini berhasil membawa 22 desain kolaborasi Jagad Phoenix–Batin–Arahmaiani yang dikenakan oleh para model profesional dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Hilmar Farid, beserta jajaran Direktur dan Dewan Kurator Gerakan Kalcer, untuk Jenama Berdaya Handoko Hendroyono.
“Inspirasi karya kami adalah akar tradisi batik dan budaya Lasem. Dengan riset, pengembangan serta pemanfaatan, kami ingin berkontribusi merawat bumi, kebudayaan dan bergeraknya ekonomi pusaka di wilayah Kawasan Cagar Budaya Lasem. Arahmaiani menyumbangkan satu motif bunga matahari sebagai pemicu eksplorasi seni dan semangat menghormati alam dan budaya,” jelas Adra.
Adra menggambarkan produk kreatif dari Lasem menggunakan bahan-bahan kain premium, warna alam indigofera, daur ulang limbah pecahan keramik kuno yang ditemukan di Pantai Dasun sebagai kancing.
“Kita memberikan nafas baru, stilisasi motif Lasem, komposisi motif yang disukai pasar, dan memberikan definisi baru batik Lasem premium. Walapun komposisi baru, karakter Lasem tetap kuat. Prosesnya panjang, semua peserta bekerja keras untuk naik kelas,” menurut Adra.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa kerja pelestarian memerlukan proses, peran aktif komunitas dan kreativitas inovasi. “Kolaborasi membuka kesempatan berjejaring dan mengenal ceruk pasar atau niche global yang harus direspon oleh artisan batik Lasem dengan produk kreatif yang segar dan bisa mendekati pasar anak muda, seperti streetwear."
Ia menambahkan, "Pelestarian budaya juga berada di pundak generasi muda maka batik perlu didekatkan pada keseharian mereka sehingga ekonomi heritage bergerak dengan anak muda sebagai kuncinya sekaligus agar batik Lasem dikenal publik yang lebih luas dan mendunia."
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR