Nationalgeographic.co.id—Beriklan adalah cara seorang penjual untuk memasarkan barang atau jasanya kepada orang lain. Slogan, dukungan dari pemengaruh, atau jingle yang menarik dapat menonjolkan sebuah produk. Beriklan telah dilakukan sejak dulu, termasuk di era Kekaisaran Tiongkok. Tanpa media massa dan internet, bagaimana pedagang di Kekaisaran Tiongkok beriklan dan memasarkan produknya?
Segera setelah aktivitas perdagangan muncul di Kekaisaran Tiongkok ribuan tahun yang lalu, iklan yang belum sempurna pun tercipta. Dengan menggunakan musik, spanduk, dan bahkan ‘selebriti’, para pedagang zaman dahulu mencoba meningkatkan penjualan dan memenangkan persaingan.
Berikut adalah strategi para pedagang kuno untuk memasarkan produknya di Kekaisaran Tiongkok.
Influencer kuno
Selebriti dan influencer adalah salah satu alat pemasaran yang penting saat ini. Tapi tahukah Anda jika keduanya telah digunakan untuk berjualan sejak masa lalu?
Menurut Strategies of the Warring States, seorang penjual kuda pernah mempekerjakan selebriti lokal untuk melakukan penjualan. Pedagang itu membawa kudanya ke pasar dan berteriak kepada orang banyak tentang kualitas dan harganya. Namun tampaknya tak seorang pun tertarik.
Dia mengubah strateginya dan menemui ahli kuda lokal terkenal Bo Le dengan sebuah penawaran. Penjual akan membayar Bo Le untuk mengunjungi kiosnya dan melihat kudanya. Ia harus berpura-pura tertarik pada kuda yang dijual dan kemudian kembali lagi untuk kedua kalinya.
“Hal itu menunjukkan seakan-akan Bo Le sangat tertarik pada kuda yang dijual,” tulis Sun Jiahui di laman The World of Chinese.
Bo Le setuju. Begitu dia menunjukkan “ketertarikannya” pada kuda-kuda tersebut, pengunjung pasar lainnya segera berkumpul di sekitar kios. Mereka pun membeli setiap kuda yang dijual si pedagang. Bahkan ada yang terjual dengan harga 10 kali lipat dari harga aslinya.
Iklan di media cetak
Pada tahun 1946, sejarawan Yang Kuan dan Jiang Dayi menemukan iklan cetak tertua dari masa Kekaisaran Tiongkok. Pelat cetak tembaga dari Dinasti Song Utara itu digunakan untuk membuat iklan.
Menampilkan gambar kelinci yang menggemaskan, iklan tersebut dibuat untuk “Toko Jarum Halus Jinan Liu”. Dengan logo kelinci, calon pelanggan dapat menemukan toko yang tepat.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR