Dinasti Qing akhirnya jatuh pada tahun 1911-1912, namun sekali lagi perubahan di Beijing berdampak kecil di Macau.
Selama Perang Dunia II, Jepang merebut wilayah Sekutu di Hong Kong, Shanghai, dan tempat lain di pesisir Tiongkok. Namun Jepang meninggalkan Portugal yang netral untuk bertanggung jawab atas Macau.
Ketika Mao Zedong dan komunis memenangkan Perang Saudara Tiongkok pada 1949, mereka mengecam Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan dengan Portugal.
Komunis menganggap perjanjian itu sebagai perjanjian yang tidak setara. Tapi mereka hanya mengecam saja dan tidak melakukan apa-apa.
Penduduk Macau memberontak atas pemerintahan Portugal
Namun pada tahun 1966, masyarakat Tionghoa di Macau sudah muak dengan pemerintahan Portugal. Terinspirasi oleh Revolusi Kebudayaan, mereka memulai serangkaian protes yang kemudian berkembang menjadi kerusuhan.
Kerusuhan pada tanggal 3 Desember mengakibatkan enam kematian dan lebih dari 200 luka-luka. Bulan berikutnya, pemerintah Portugal mengeluarkan permintaan maaf resmi. Dengan demikian, pertanyaan mengenai Macau sekali lagi ditangguhkan.
Tiga pergantian rezim sebelumnya di Tiongkok tidak banyak berdampak pada Macau. Namun ketika diktator Portugal jatuh pada tahun 1974, pemerintahan baru di Lisbon memutuskan untuk menyingkirkan kerajaan kolonialnya.
Pada tahun 1976, Lisbon telah melepaskan klaim kedaulatannya. Macau kini menjadi “wilayah Tiongkok di bawah pemerintahan Portugal”.
Pada tahun 1979, Macau menjadi “wilayah Tiongkok di bawah pemerintahan sementara Portugal”. Akhirnya, pada tahun 1987, pemerintah di Lisbon dan Beijing sepakat bahwa Macau akan menjadi unit administratif khusus di Tiongkok.
Pada tanggal 20 Desember 1999, Portugal secara resmi menyerahkan Macau kembali ke Tiongkok.
Portugal adalah negara Eropa yang masuk pertama, keluar terakhir di Tiongkok dan sebagian besar dunia. Dalam kasus Macau, transisi menuju kemerdekaan berjalan lancar dan sejahtera.
“Tidak seperti bekas wilayah kekuasaan Portugis lainnya di Timor Timur, Angola, dan Mozambik,” tambah Szczepanski.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR