Pengasingan pertama terjadi pada tahun 1814 setelah invasi Rusia yang gagal. Sekutu Eropa memaksanya turun takhta dan mengirim Bonaparte ke Elba.
Di Elba, ia memerintah atas 12.000 penduduk pulau kecil di lepas pantai Tuscan. Dia dijanjikan uang yang tidak pernah datang dari Prancis yang bangkrut. Napoleon menghabiskan 300 hari di sana untuk mereformasi pemerintahan dan perekonomian Elba, mengawasi pembangunan jalan dan proyek lainnya.
Bonaparte, yang mengaku ingin bebas bergerak. Tidak ada yang menjaganya dan tidak ada kapal yang mengitari pulau untuk menahannya di sana. Namun pria yang terbiasa memimpin tentara dan menjabat sebagai kaisar Prancis selama satu dekade menjadi gelisah.
Berpegang teguh dengan keyakinan bahwa tentara Prancis masih setia kepadanya, ia melarikan diri kembali ke tanah airnya. Di sana sekelompok tentara bergabung dengannya dalam upaya untuk merebut kembali kekuasaan. Upaya itu berlangsung selama 100 hari penuh.
“Eropa tidak dapat mempercayainya, dunia tidak dapat mempercayainya,” kata Hicks dari Fondation Napoléon.
Pada saat Bonaparte melarikan diri dari Elba pada bulan Februari 1815, para pemimpin Eropa bertemu dalam apa yang dikenal sebagai Konferensi Wina.
Mereka berencana untuk mengatur kembali wilayah tersebut setelah penaklukan. Para penguasa mengetahui petualangannya, dan pada 13 Maret, seminggu sebelum kedatangannya di Paris, Napoleon dinyatakan sebagai penjahat.
Musuh bebuyutannya, Inggris, gagal dalam upayanya melarang perbudakan. Untuk membuat mereka kesal, dan tampil sebagai penguasa liberal, Napoleon mendeklarasikan penghapusan perbudakan di Prancis.
Melihatnya sebagai penghalang perdamaian, tentara Rusia, Austria, dan Inggris bersatu untuk terakhir kalinya melawan Bonaparte.
Pada bulan Juni, mereka bersatu untuk mengepung Prancis. Selama 3 hari dalam Pertempuran Waterloo, Napoleon akhirnya menghadapi kekalahan. Tidak dapat melarikan diri ke Amerika, ia akhirnya menyerah kepada Inggris.
Bonaparte diasingkan ke St. Helena, pos terdepan Inggris yang berangin kencang dan terjal di lepas pantai Afrika. Pulau itu merupakan sebuah koloni hukuman di tengah Atlantik Selatan dengan perbatasan darat terdekat berjarak 1.920 km.
Bonaparte menghabiskan hari-harinya merawat kebunnya dan menulis ulang sejarah dalam memoarnya.
Kematian tiba 6 tahun kemudian. Alih-alih satu peti mati, jenazah Napoleon disemayamkan di empat peti mati.
Satu peti terbuat dari timah untuk menampung tubuhnya, dua terbuat dari kayu mahoni, dan satu lagi terbuat dari timah. Dia dimakamkan di bawah pohon willow di kuburan 3 meter di bawah tanah.
Kekhawatiran akan serangan balik dari loyalis Napoleon dan kemungkinan kerusuhan di Prancis membuat jenazahnya tetap berada di pengasingan. Selama 19 tahun akan berlalu sebelum jenazahnya dikembalikan ke Prancis.
Ketika jenazahnya tiba, kerumunan orang yang penasaran berbaris di jalan untuk melihat sekilas peti mati yang ditarik kuda. Jenazah Bonaparte saat ini disimpan di sebuah monumen di kompleks Les Invalides di Paris.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR