Nationalgeographic.co.id—Kapan pertama kali Napoleon Bonaparte mendapatkan ketenarannya dalam sejarah dunia?
Ia mulai dikenal saat membantu Prancis meraih kemenangan yang tidak terduga melawan Austria di Italia pada tahun 1796.
Kehebatan militernya menghasilkan lebih banyak kemenangan. Semua kemenangannya ditandai dengan beragam strategi, dari yang berani hingga bodoh.
Dipuji sebagai pahlawan nasional, ia merebut kekuasaan politik atas Prancis melalui kudeta tahun 1799. Sebagai kaisar, ia berusaha memperluas wilayah kekuasaan Prancis dalam sejarah dunia.
Sebagian pemimpin yang sangat berkuasa, tidak mudah untuk menjatuhkan atau menyingkirkan Napoleon. Dibutuhkan serangan militer Rusia yang membawa bencana, koalisi para pesaingnya di Eropa, dan meningkatnya ketidakpuasan rakyat untuk menjatuhkannya.
Dia digulingkan pada tahun 1814 dan menghabiskan 9 bulan di pengasingan di pulau Elba, Italia. Ia sempat kembali sebentar untuk melakukan pertahanan terakhir di Pertempuran Waterloo pada tahun 1815.
Pertempuran tersebut merupakan bencana. Napoleon terpaksa kembali ke pengasingan sampai kematiannya. pada tahun 1821.
Siapakah seorang Napoleon Bonaparte dalam sejarah dunia? Apakah ia pemimpin Abad Pencerahan? Atau ia justru seorang tiran yang kejam?
Napoleon Bonaparte dalam sejarah dunia: pemimpin Abad Pencerahan atau tiran yang kejam
Bagi pengagumnya, Napoleon dianggap sebagai autokrat yang tercerahkan dan arsitek Prancis modern. Pendirian sekolah menengah yang dikenal sebagai lycées masih menjadi landasan hingga saat ini.
“Sekolah ini dihadiri oleh banyak elite negara sebagai bagian dari reformasi sistem pendidikan,” tulis Jacqueline Charles di laman National Geographic.
Kontribusi hukumnya dalam bentuk KUH Perdata menghapuskan hak-hak feodal, kesatuan hukum, dan menjadi dasar hukum perdata Prancis saat ini. Dia juga mengatur Prancis dengan pemerintahannya yang terstruktur dan terpusat.
Sebagai seorang pragmatis, ia mempromosikan ilmu pengetahuan dan memperkenalkan kembali agama. Hal ini dilakukan bukan karena ia beragama. Napoleon menganggap agama sebagai hal yang penting secara politik.
Di masa kejayaannya, ia membawa kejayaan bagi Prancis dan keselamatan finansial setelah Revolusi Prancis yang kacau.
“Tentu saja, Napoleon berjaya karena kemenangan militernya,” kata Peter Hicks, sejarawan Inggris di Fondation Napoléon di Paris. “Mungkin bukan itu yang kita pikirkan saat ini. Namun pada saat itu, dia sangat populer karena keberhasilan besar tentara Prancis.”
Namun kesuksesan turut membawa kegagalan dan penderitaan manusia. Bagi para pengkritiknya, ia adalah seorang penghasut perang dan lalim yang melakukan negosiasi.
Napoleon memanipulasi dan mempolitisasi upayanya untuk mencapai kekuasaan tunggal melalui kudeta tak berdarah pada 1799. Ia kemudian mengamandemen konstitusi 3 tahun kemudian dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Konsul Pertama Seumur Hidup.
Bonaparte tidak dikaitkan dengan kebebasan individu, seperti yang dicontohkan oleh penerapan kembali perbudakan.
Harus diakui, serangan militer Napoleon memakan banyak korban. Jumlah total korban sipil dan militer yang dikaitkan dengan Bonaparte bervariasi. Sejarawan Prancis Hippolyte Taine memperkirakan 1,7 juta kematian.
“Sedangkan yang lain memperkirakan angkanya 600.000,” tambah Charles.
Marlene Daut, profesor Studi Diaspora Afrika di Universitas Virginia, mengatakan perkiraan lainnya bervariasi antara 3 juta dan 6 juta. Jumlah yang fantastis itu membuat Daut menganggap aneh bahwa Napoleon dipuji sebagai pahlawan dalam sejarah dunia.
Hidup di pengasingan
Kehidupan Bonaparte di pengasingan mengalami perubahan drastis. Sebagai seorang pemimpin militer, ia melakukan beberapa serangan militer sukses selama revolusi Prancis. Napoleon menobatkan dirinya sebagai kaisar dan selamat dari puluhan upaya pembunuhan.
Namun dia akhirnya tidak lagi disukai dan akhirnya diasingkan—dua kali—pertama ke Elba, lalu ke St. Helena.
Pengasingan pertama terjadi pada tahun 1814 setelah invasi Rusia yang gagal. Sekutu Eropa memaksanya turun takhta dan mengirim Bonaparte ke Elba.
Di Elba, ia memerintah atas 12.000 penduduk pulau kecil di lepas pantai Tuscan. Dia dijanjikan uang yang tidak pernah datang dari Prancis yang bangkrut. Napoleon menghabiskan 300 hari di sana untuk mereformasi pemerintahan dan perekonomian Elba, mengawasi pembangunan jalan dan proyek lainnya.
Bonaparte, yang mengaku ingin bebas bergerak. Tidak ada yang menjaganya dan tidak ada kapal yang mengitari pulau untuk menahannya di sana. Namun pria yang terbiasa memimpin tentara dan menjabat sebagai kaisar Prancis selama satu dekade menjadi gelisah.
Berpegang teguh dengan keyakinan bahwa tentara Prancis masih setia kepadanya, ia melarikan diri kembali ke tanah airnya. Di sana sekelompok tentara bergabung dengannya dalam upaya untuk merebut kembali kekuasaan. Upaya itu berlangsung selama 100 hari penuh.
“Eropa tidak dapat mempercayainya, dunia tidak dapat mempercayainya,” kata Hicks dari Fondation Napoléon.
Pada saat Bonaparte melarikan diri dari Elba pada bulan Februari 1815, para pemimpin Eropa bertemu dalam apa yang dikenal sebagai Konferensi Wina.
Mereka berencana untuk mengatur kembali wilayah tersebut setelah penaklukan. Para penguasa mengetahui petualangannya, dan pada 13 Maret, seminggu sebelum kedatangannya di Paris, Napoleon dinyatakan sebagai penjahat.
Musuh bebuyutannya, Inggris, gagal dalam upayanya melarang perbudakan. Untuk membuat mereka kesal, dan tampil sebagai penguasa liberal, Napoleon mendeklarasikan penghapusan perbudakan di Prancis.
Melihatnya sebagai penghalang perdamaian, tentara Rusia, Austria, dan Inggris bersatu untuk terakhir kalinya melawan Bonaparte.
Pada bulan Juni, mereka bersatu untuk mengepung Prancis. Selama 3 hari dalam Pertempuran Waterloo, Napoleon akhirnya menghadapi kekalahan. Tidak dapat melarikan diri ke Amerika, ia akhirnya menyerah kepada Inggris.
Bonaparte diasingkan ke St. Helena, pos terdepan Inggris yang berangin kencang dan terjal di lepas pantai Afrika. Pulau itu merupakan sebuah koloni hukuman di tengah Atlantik Selatan dengan perbatasan darat terdekat berjarak 1.920 km.
Bonaparte menghabiskan hari-harinya merawat kebunnya dan menulis ulang sejarah dalam memoarnya.
Kematian tiba 6 tahun kemudian. Alih-alih satu peti mati, jenazah Napoleon disemayamkan di empat peti mati.
Satu peti terbuat dari timah untuk menampung tubuhnya, dua terbuat dari kayu mahoni, dan satu lagi terbuat dari timah. Dia dimakamkan di bawah pohon willow di kuburan 3 meter di bawah tanah.
Kekhawatiran akan serangan balik dari loyalis Napoleon dan kemungkinan kerusuhan di Prancis membuat jenazahnya tetap berada di pengasingan. Selama 19 tahun akan berlalu sebelum jenazahnya dikembalikan ke Prancis.
Ketika jenazahnya tiba, kerumunan orang yang penasaran berbaris di jalan untuk melihat sekilas peti mati yang ditarik kuda. Jenazah Bonaparte saat ini disimpan di sebuah monumen di kompleks Les Invalides di Paris.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR