“Saya merasa beruntung bisa dipertemukan oleh HS Solar Energy oleh ASEIC dan Kementerian Koperasi dan UKM karena melakukan hybrid teknologi energi baru dan terbarukan tidak mudah secara teknis. Maka setelah berdiskusi panjang dengan HS Solar Energy akhirnya kami memiliki kesamaan visi dan misi yang membuat kerja sama ini terjadi”, ujar Arief.
Arief menambahkan bahwa Distributed hybrid renewable energy charging station dikembangkan untuk mengurai dua permasalahan: permasalahan sampah skala komunal, pemanfaatannya untuk berkontribusi pada bauran energi baru dan terbarukan nasional, dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Charging station ini dipastikan bersumber dari 100 persen energi baru dan terbarukan dimana comestoarra.com menggabungkan teknologi gasifikasi, panel surya, dan baterai.
Pengolahan sampah organik dan residu biomassa menjadi bahan bakar terbarukan padat (pellet RDF/SRF) (TOSS) dan distributed hybrid renewable energy charging station (DHRS) merupakan inovasi comestoarra.com yang saat ini telah diimplementasikan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan sedang melalui tahapan pengembangan di Universitas Andalas, Padang.
Tujuan dari TOSS dan DHRS ini adalah salah satu strategi berbasis komunal dan terdesentralisasi untuk mendukung pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk mencari solusi sampah yang didominasi sampah organik dan residu biomassa, pemanfaatannya untuk energi terbarukan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, dan berkontribusi pada target capaian transisi energi.
Supriadi menekankan bahwa lebih dari 30 tahun berkarir di industri energi dan ketenagalistrikan, dirinya merasa belum ada keberpihakan pada UKM. Hal inilah yang mendorong Supriadi merumuskan konsep "Listrik Kerakyatan".
Gagasan ini terinspirasi dari konsep commutative law of algebra yaitu: 1x1.000 = 1.000x1, membangun satu unit pembangkit listrik raksasa 1.000 MW yang kompleks dan harus dikerjakan oleh pemodal besar sama nilainya dengan membangun 1000 unit berkapasitas 1 MW yang dapat dikerjakan oleh UKM setempat.
“Pemikiran ini dipicu oleh berbagai pengalaman saya tentang sulitnya membangun pembangkit dan transmisi ketenagalistrikan antara lain PLTA maninjau, PLTA Singkarak, PLTA Musi, PLTA Besai, PLTGU Tambak Lorok, serta berbagai segmen Transmisi 150 kV sampai 500 kV di Jawa dan Sumatra. Dari pengalaman tersebut, untuk Indonesia, konsep desentralisasi adalah jawaban”, terang Supriadi.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR