Nationalgeographic.co.id — Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana hanya tinggal menunggu hari. Opera ini bakal dipentaskan pada Kamis, 7 Desember 2023, di Gedung Kesenian Jakarta.
Opera ini akan bercerita tentang kehidupan seorang perempuan bernama Gitarja di lingkungan Kerajaan Majapahit. Gitarja, yang bernama lengkap Dyah Gitarja, adalah penguasa ketiga dan Rajaputri/Ratu Majapahit yang memerintah tahun 1328–1351.
Gitarja adalah adik tiri Prabu Jayanegara. Dari Prasasti Singasari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.
Selama ini kisah Kerajaan Majapahit hanya erat dengan tokoh-tokoh prianya, antara lain Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Dalam Opera Majapahit ini, Mia Johannes selaku sutradaranya, bakal menghadirkan kisah kehidupan di era Majapahit dari sudut pandang Gitarja.
Melalui karya opera ini, mhyajo, sapaan akrab Mia, ingin membawa pesan bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah. Dia ingin mengajak sebanyak mungkin orang "untuk belajar dan membuka hati bahwa ada kisah [Gitarja] ini di masa lampau."
Cindy, salah satu pelakon muda dalam opera ini, mengatakan senang karena bisa terlibat dalam Opera Majapahit. "Saya tidak akan tahu kisah Gitarja ini kalau tidak ikut di sini," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta pada Senin, 4 Desember 2023. "Ini tidak ada di pelajaran-pelajaran sekolah."
Menurut mhyajo yang telah melakukan riset bertahun-tahun dan mengunjungi banyak situs Majapahit di Jawa dan Sumatra, Gitarja adalah perempuan Nusantara yang punya karakter sangat kuat. "Gitarja itu mempunyai fungsi yang luar biasa dan sangat banyak," ujar mhyajo dalam konferensi pers yang sama, tiga hari jelang pementasan opera.
"Salah satunya dia sebagai anak Sri Rajapatmi [gelar untuk Gayatri] yang sangat mencintai ibunya dan juga ayahnya, Kertarajasa [gelar untuk Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit]," terang mhyajo.
"Kedua, dia sebagai cucu Kertanagara [raja terakhir Kerajaan Singasari] yang ingin juga mengambil fungsi-fungsi atau mahakarya dari kakeknya ya untuk dia teruskan kepada cucu-cucunya kelak," tambahnya.
"Dan ketiga, sebagai ibu dari Hayam Wuruk, raja keempat Majapahit. Dan dia sendiri sebagai pribadinya dia sebagai Gitarja."
Menurut mhyajo, peran berlapis dari Gitarja ini bisa terjadi di "linimasa sekarang." Oleh karena itu, kisah Gitarja dengan perannya yang banyak itu bisa menjadi acuan atau teladan bagi para perempuan Nusantara di zaman modern saat ini.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR