Cerita kelahirannya bermula dari keluarga Sinambela dengan suami bernama Bona Ni Onan yang selalu bepergian jauh karena diperintah Mulajadi Nabolon. Sementara istrinya, yakni Boru Pasaribu tinggal di Bakkara. Boru Pasaribu pergi bertapa ke sebuah gua di Tombak Sulusulu, menyendiri memohon dikaruniai anak.
Doa tersebut dikabulkan. Seorang anak lahir ketika Boru Pasaribu sendirian di dalam gua. Kelahiran anak tersebut disambut dengan gempa bumi, sehingga dinamai Manghuntal yang dalam bahasa Batak berarti gemuruh gempa. Anak inilah yang kelak menjadi Sisingamangaraja I, karena sejak kecil dia memiliki sifat yang diyakini akan menjadi raja besar bagi negeri Batak.
Situs kelahiran Sisingamangaraja I atau Tombak Sulusulu, lokasinya tidak jauh dari Istana Raja Sisingamangaraja, tepatnya di sisi lain sungai yang membelah Bakkara. Situs tersebut berupa kawasan hamparan batuan gamping berusia 250 juta tahun silam.
Di antara bebatuan inilah terdapat gua yang diyakini menjadi kelahiran Sisingamangaraja I. Ruangan dalam gua ini bisa muat untuk 5—6 orang dan sering menjadi tempat bagi masyarakat berdoa karena dinilai memiliki kekuatan spiritual yang kuat. Konon, ruangan gua ini jugalah yang menginspirasi masyarakat Batak Toba membangun rumah bolon karena memiliki kesamaan bentuk.
Menariknya, ketika saya menyambangi di Tombak Sulusulu, situs bersejarah bagi masyarakat Batak ini memunculkan fenomena alam berupa tampungan air hujan. Oleh karena itu, setiap wisatawan yang mengunjungi Tombak Sulusulu juga harus mematuhi peraturan adat Batak untuk menjaga keasrian alamnya, termasuk tidak menggunakan alas kaki.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR