Nationalgeographic.co.id—Salah satu yang khas saat perayaan Natal adalah menyajikan hidangan yang biasanya muncul di waktu-waktu spesial. Dalam sejarah dunia, ada banyak hidangan Natal yang menjadi ciri khas suatu negara atau wilayah.
Selama beberapa tahun terakhir, Annabelle Utrecht, sejarawan Australia, dan Andrew Paul Wood, sejarawan Selandia Baru, berada di tengah perseteruan. Objek perselisihan mereka adalah makanan penutup meringue dengan krim dan buah yang disebut pavlova. Baik Australia maupun Selandia Baru mengeklaim bahwa makanan penutup ini berasal dari negara mereka.
Namun Utrecht dan Wood memutuskan untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut untuk selamanya. “Kami bertekad untuk membuktikan satu sama lain salah,” kata Utrecht.
Kedua sejarawan tersebut menyelami sejarah pavlova. Hasil penelitian membawa mereka kepada fakta bahwa pavlova tidak berasal dari kedua negara. Mereka mendapatkan gambaran menarik tentang bagaimana makanan menyebar ke seluruh dunia dan mengalami perubahan dalam sejarah.
Pavlova bukan satu-satunya makanan yang diklaim kedua negara sebagai milik mereka. “Ada argumen serupa mengenai pai daging, biskuit Anzac, dan Lamingtons dalam sejarah dunia,” kata Wood.
Profesor Paul Freedman, yang berspesialisasi dalam sejarah masakan di Universitas Yale, menyebut persaingan kuliner internasional sebagai penegasan identitas.
Beragam upaya dilakukan untuk menyelesaikan “perseteruan”
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membuktikan asal-usul pavlova sebelumnya. Pada tahun 2008, Helen Leach menerbitkan bukunya The Pavlova Story: A Slice of New Zealand’s Culinary History. Ia mendokumentasikan 21 resep dalam buku masak pavlova Selandia Baru sebelum resep pertama muncul di Australia pada tahun 1940.
Kamus Bahasa Inggris Oxford juga telah mencoba untuk menyelesaikannya. Hal tersebut terjadi ketika tercatat bahwa resep pavlova pertama yang tercatat diterbitkan di Selandia Baru pada tahun 1927. Dari kedua negara tersebut, Selandia Baru tampaknya menjadi pemenangnya.
Ketika Utrecht dan Wood mulai meneliti pertanyaan ini, mereka menelusuri pavlova lebih jauh lagi. Penelitian dilakukan hingga ke akar-akarnya. Mereka menemukan bahwa Maizena (merek tepung maizena) milik Duryea menerbitkan resep meringue yang mengandung tepung maizena mulai tahun 1860an.
Tepung maizena ini diimpor dari Amerika Serikat ke Selandia Baru dan Australia. Dan resep makanan penutup dari perusahaan ini dapat ditemukan di surat kabar Selandia Baru sejak tahun 1870-an. Resep-resep ini mungkin menginspirasi hidangan penutup meringue awal di Australia dan Selandia Baru. Di sana, kudapan tersebut berganti nama menjadi pavlova.
Lalu, kedua sejarawan menelusuri sejarah resep meringue di Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa kemungkinan besar resep tersebut berasal dari petit meringue Eropa dari abad ke-17 dan awal abad ke-18. Kudapan itu kemudian menjadi makanan penutup yang lebih kompleks dan lebih besar yang dikenal sebagai spanische windtorte di Austria.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR