Salah satu yokai paling populer dari cerita rakyat Jepang adalah kappa. Makhluk ini digambarkan dengan perawakan kecil berwarna hijau serta memiliki paruh dan tempurung kura-kura. Penggambaran ini cocok dengan gelarnya sebagai monster amfibi.
Awalnya, kappa memberikan kisah mengerikan tentang bahaya tenggelam di sungai jika tidak berhati-hati. Seiring berjalannya waktu ia berevolusi menjadi lebih lucu dan lebih ramah industri.
Karakter Pokémon Golduck dan Lotad serta Gamakichi dari Naruto adalah versi animasi dari yokai yang dulunya menakutkan ini.
Gambar kappa modern muncul dari budaya cetak Jepang dan desain ukiyo-e (cetak balok kayu) pada era Meiji (1868-1912), jelas Ishikura. "Para pencetak dan seniman di kota menata ulang karakter yokai dari orang-orang pedesaan yang telah menciptakannya. Gambar-gambar yang diproduksi secara massal itu segera menggantikan versi lokal."
Ishikura menjelaskan bahwa adanya kemungkinan peristiwa gelap di balik penciptaan karakter Kappa. Mungkin ia merupakan gema dari sejarah tragis kelaparan di wilayah tersebut dan tingginya angka kematian bayi yang disebabkan oleh iklim yang keras, bencana alam dan sistem pajak.
"Di wilayah Tohoku, pembunuhan bayi kadang-kadang digunakan sebagai bentuk pengendalian kelahiran karena kelaparan yang berulang. Mayat anak-anak yang tidak diinginkan sering kali dibuang di sungai atau danau," kata Prof. Ishikura. "Banyak orang di Tono percaya bahwa sejarah tragis tersebut merupakan salah satu asal mula kisah-kisah kappa."
Zashiki-warashi: Roh Anak-anak
Yokai Tohoku lainnya yang dibuat terkenal oleh Tono Monogatari adalah zashiki-warashi. Yokai ini akan membawa keberuntungan bagi rumah tangga yang dikunjungi dan membuat kekacauan ketika ditinggalkan.
Kisah-kisah Zashiki-warashi menceritakan tentang nasib keluarga-keluarga di Tono yang selalu berubah-ubah, mengalami musim dingin yang panjang, kelaparan, kekurangan gizi, dan bencana alam.
Sasaki menyatakan bahwa zashiki-warashi adalah arwah anak-anak yang dibunuh dan dikubur di rumah tersebut. Hal ini sekali lagi membangkitkan kembali momok pembunuhan bayi yang meluas di wilayah Tohoku di masa lalu.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR