Nationalgeographic.co.id - Gagasan mengenai kuil Yunani Kuno yang terbuat dari kayu mungkin akan tampak aneh saat ini. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran ketika menyebut Yunani kuno adalah kuil marmer megah dengan patung yang indah.
Beberapa dari sisa-sisa kuil maupun patung tersebut masih kita jumpai saat ini. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Parthenon di Akropolis Athena. Kuil ini telah menjadi simbol keagungan arsitektur Yunani kuno dan seni ukir yang luar biasa.
Namun, faktanya, penggunaan kayu untuk konstruksi di Yunani kuno adalah hal yang lazim kala itu. Pemanfaatan kayu sebagai bahan baku utama konstruksi dapat dijumpai baik dalam bangunan pribadi maupun publik.
Karena sifatnya yang mudah rapuh, bahan ini tidak dapat bertahan dalam melewati ujian waktu. Namun, di tempat yang kedap air, terlindung dari efek atmosfer seperti di dalam kolom marmer, bahan ini dapat terawetkan.
Dalam sebuah ekskavasi, tim arkeolog telah menemukan balok-balok utuh dari kayu cemara, cedar, cornus, dan juga zaitun, kata Philip Chrysopoulos, melalui tulisanya di Ancient Greek.
Selain itu, berbagai kuil yang dibangun dari batu, pada dasarnya “merupakan alternatif dari bentuk kayu tradisional yang umum di Yunani sejak tahun-tahun Minoa.”
Oleh karena itu, menjadi sangat jelas, pada zaman Yunani Kuno, kayu juga digunakan untuk pembangunan kuil. Penggunaan batu dimulai pada akhir abad ketujuh sebelum masehi dan menjadi hal yang biasa selama abad keenam.
“Arsitektur batu membuat bangunan-bangunan tersebut lebih tahan lama, dan hari ini, kita memiliki beberapa monumen batu yang tak lekang oleh waktu untuk dikagumi,” kata Philip.
Kuil-Kuil Kayu Yunani Kuno
Video game Assassin's Creed Odyssey yang berlatar belakang Yunani kuno, menciptakan kembali arsitektur pada masa itu. Hal ini tak terlepas dari kuil-kuil yang terbuat dari kayu maupun bangunan lainya.
Penggambaran struktur-struktur ini dalam game ini konsisten dengan temuan dan catatan arkeologi. Ini menunjukkan penggunaan awal kayu dalam konstruksi kuil dan penggantiannya secara bertahap dengan batu.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR