Pidato Paus Urbanus II yang menyerukan sejarah Perang Salib Pertama adalah salah satu penyebab paling terkenal dari peristiwa ini. Lima versi pidatonya yang berbeda masih bertahan.
Dalam pidatonya, Paus berbicara tentang bangsa Turki Seljuk dan bagaimana mereka mengancam tanah Bizantium, menajiskan Tanah Suci, dan menganiaya para peziarah Kristen.
Dia juga meminta para kesatria Eropa Barat untuk mengangkat senjata dan berperang dalam apa yang disebutnya “perang yang adil”.
Alasan yang dikemukakan Paus Urbanus II melancarkan Perang Salib Pertama sebagian besar didasarkan pada alasan agama.
Ia percaya bahwa kehendak Tuhan adalah agar umat Kristiani dapat merebut kembali Tanah Suci, dan ia menggunakan hal ini sebagai pembenaran untuk meminta orang-orang melakukan kampanye berbahaya ini.
Fulcher mengklaim bahwa Urban mengatasi kurangnya kepatuhan terhadap Kedamaian Tuhan. Ia kemudian mendesak orang-orang Kristen yang kaya dan miskin dari Eropa Barat untuk membantu orang-orang Yunani di Timur, karena "Deus vult" (Tuhan menghendakinya), seruan perang dalam deklarasi sejarah Perang Salib Pertama.
Namun, ada juga alasan politik untuk melancarkan Perang Salib Pertama. Dengan membantu Bizantium, Paus Urbanus II berharap mendapatkan dukungan mereka melawan kaisar Jerman yang mengancam kekuasaannya.
Pengampunan Dosa
Salah satu faktor paling terkenal dari dorongan Urban kepada para penguasa Kristen untuk melakukan Perang Salib adalah tawaran manfaat spiritual.
Pidato versi Fulcher secara khusus menyebutkan janji Paus bahwa mereka yang mati dalam sejarah perang salib akan diampuni dosanya.
Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apa yang dikatakan Urbanus II dalam pidatonya, jelas bahwa ia menjanjikan semacam manfaat spiritual bagi mereka yang mengangkat senjata melawan umat Islam.
Tawaran pengampunan ini mungkin merupakan insentif yang kuat bagi banyak orang untuk melakukan perang salib.
Setelah Konsili Clermont, Urbanus berfokus pada khotbah Perang Salib di Perancis dan utusan kepausan menyebarkan berita tersebut ke seluruh Italia Selatan.
Tanggapan terhadap pidato ini sangat positif. Banyak orang yang hadir, termasuk beberapa penguasa paling berkuasa di Perancis, bersumpah untuk melakukan perang salib.
Mereka menepati sumpah ini dengan serius dan mulai membuat persiapan untuk berangkat ke timur secepat mungkin.
Salah satu pemimpin paling berkuasa di Perancis, Raymond, Pangeran Toulouse, berjanji untuk mengambil bagian dalam sejarah Perang Salib.
Namun, banyak orang percaya bahwa Paus telah bertemu dengannya di hadapan konsili untuk menjamin partisipasinya. Begitu Raymond mengumumkan komitmennya kepada publik, para pemimpin lain pasti akan ikut serta.
Hingga pada akhirnya sejarah Perang Salib Pertama berakhir, kota Yerusalem berasil ditaklukan oleh para tentara salib.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR